Ketika Tuhan Benci Gereja-Nya — Amos 5:21

LD Tonny Mulia Hutabarat
Sabtu, 19 Oktober 2024

Ketika Tuhan Benci Gereja-Nya — Amos 5:21

“Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. (Amo 5:21-23 ITB)

Apakah kamu tergoda, meski hanya sedikit, untuk tetap berbaring di tempat tidur di pagi Minggu? Tidak datang ke gereja? Karena terkadang, kita tidak MENIKMATI gereja. Terlalu dingin. Lelah. Membosankan. Tidak ada yang bisa diajak bergaul. Gereja tidak memenuhi kebutuhan saya. Musiknya terlalu jadul. Musiknya terlalu MODERN. Tidak ada yang memperhatikan saya. Terlalu banyak doa. Khotbahnya terlalu panjang. Khotbahnya terlalu SINGKAT.” dst.

Namun bagaimana jika TUHAN tidak menikmati gereja? Bagaimana jika kebenaran yang mengejutkan adalah bahwa ada saat-saat TUHAN MEMBENCI GEREJA? Meskipun sulit dibayangkan, itulah pemandangan yang kita lihat di Amos – 5:21-23. Tuhan tidak tertarik. Dia tidak MEMPERHATIKAN. Lebih buruk dari itu – Dia MEMBENCI perilaku jahat orang2 gereja.

Apakah kita bersiap untuk bertemu Tuhan yang sedang membenci ritual-ritual kosong gerejaNya? (4:12). Dimana Tuhan sedang mengaum seperti singa (3:1-8), mestinya kita takut dan segan serta hormat. Dan kembali bertobat.

Apa yang membuat Tuhan begitu marah/benci gerejaNya? Kemunafikan. Tampak saleh tetapi salah, jahat, berdosa terus. Ketidakjujuran. Merayakan ritual2 dengan hebat namun menindas kebenaran. Secara sarkasme Amos berkata: “ “Pergilah ke Betel dan BERDOSA, pergilah ke Gilgal dan BERDOSA LAGI”. Kenyataannya, ketaatan agama mereka tidak lebih dari DOSA (bdk. 4:4-5, 5:11-13). Mereka mempertahankan ritual2 tetapi tetapi tidak pada bagian mewujudkan KEADILAN DAN KASIH SAYANG (perhatikan 4:6-13). Melakukan ritual tanpa pertobatan. Maka kutukan dikirimNya kepada Israel. “Doyan” agama sekaligus “doyan” kejahatan.

Apa yang Tuhan ingin kita lakukan (5:4)? Mencari DIA demi kehidupan dan keselamatan. Jangan menaruh harapan pada tempat-tempat suci. Pada ritual dan pengorbanan. Taruhlah harapan pada TUHAN. Hiduplah sesuai karakter Tuhan. Pantulkan kebaikan, belas kasihan, dan keadilan-Nya ke dunia, bukan soal ritual2 nyanyian, musik dll persembahan. BIARKAN KEADILAN MENGALIR SEPERTI SUNGAI, KEBENARAN SEPERTI ALIRAN SAMUDERA RAYA, bukan aliran musik nyanyian yang mengalun2kan emosi.

Menggulirkan kebenaran, kebaikan, dan kekudusan Tuhan melalui kesaksian hidup akan membuat Tuhan MENYUKAI kurban, persembahan, dan nyanyian. Demikian cara Tuhan Tuhan menyukai penyembahan.

Ketika Tuhan sudah muak dengan pengorbanan dan persembahan Israel yang tidak sempurna, penuh kekurangan, dan asal-asalan. Bahkan SELURUH SISTEM itu sudah usang dan tidak efektif. Dan itu perlu DIGANTI, bukan hanya DIHANCURKAN. Kolasi tentara Babel harus didatangkan untuk menghancurkan peralatan ritual Bait Suci. Mereka dibuang ke Babel ke tempat negara yang menyembah berhala. Di sana mereka diuji.

Maka, pada waktunya, Yesus datang untuk menghakimi Bait Suci yang DIBANGUN KEMBALI. Dan ia berkhotbah tentang CELAKA terhadap orang-orang munafik pada zaman-NYA. Yang, seperti zaman Amos, menyalahgunakan keadilan dan orang miskin. Dan yang membanggakan diri atas praktik keagamaan mereka. Dan Yesus menyebutnya kuburan bercat putih. Putih bersih di luar – tempat orang bisa MELIHAT. Namun penuh dengan daging busuk di DALAM. Dengan motif dan keinginan yang jauh dari Tuhan.

Dan kemudian Yesus mati sebagai korban yang SEMPURNA. Korban dosa sekali untuk selamanya. Korban penebusan dosa sekali untuk selamanya. Dan tirai Bait Suci. Penghalang yang memisahkan TUHAN dari manusia. Terbelah dua. Dihancurkan. Sehingga mereka yang percaya kepada pengorbanan-Nya dapat masuk. Dan dapat BERTEMU denganNya. Dan dapat mempersembahkan penyembahan yang DICINTAI-Nya. Penyembahan atas dasar usaha MANUSIA INKARNASI. Ketaatan Yesus yang SEMPURNA.

Ketika kita datang di hadapan Tuhan atas dasar pekerjaan Yesus, ketika kita menghargai salib, maka kita datang dengan sikap yang benar. Kita datang tanpa KESOMBONGAN. Kita datang dengan menyadari bahwa kita TIDAK PUNYA SESUATU DARI DIRI KITA UNTUK DIBERIKAN KEPADA TUHAN. Dan kita datang dengan RASA SYUKUR YANG RENDAH HATI atas semua yang Tuhan lakukan bagi kita di dalam Yesus. Dan itu membuat lagu-lagu dan doa-doa kita menjadi sesuatu yang MENYENANGKAN Tuhan. Yang DINIKMATINYA-NYA dan MEMBERIKAN KEMULIAAN KEPADA-NYA.

Namun, ini bukan HANYA tentang membuat PERTEMUAN GEREJA benar. Tuhan tidak senang karena cara Israel menghabiskan SISA minggu mereka. “Aku benci pertemuanmu,” katanya. “Biarlah keadilan dan belas kasihan mengalir seperti sungai!” Dan Tuhan tidak BERUBAH. Ia menuntut KITA (GEREJA) untuk konsisten. Bahwa kita tidak munafik. Kita tidak hanya perlu meluruskan HATI kita. Kita perlu meluruskan TANGAN kita, karena itu menunjukkan HATI kita benar. Ini tentang PERBUATAN dan KEYAKINAN, BERJALAN dan BERBICARA. (Bdk Yakobus 1:22, tanpa perbuatan yang benar iman itu mati).

Ibadah yang disukai Tuhan bukan hanya tentang menyanyikan lagu-lagu yang tepat. Bahkan bukan tentang menata hati dan sikap kita dengan benar KETIKA BERTEMU. Ibadah itu dari Senin sampai Sabtu, hidup dalam kebenaran, keadilan, kasih, kekudusan. Penyembahan yang dicintai Tuhan adalah tentang bekerja keras untuk menjaga diri agar tidak tercemar oleh dunia. (bdk Roma 12: 1-2).

Kebaktian gereja tidak dimulai pada pukul 10 pagi pada hari Minggu, atau tergantung kapan Anda datang. Ibadah GEREJA DIMULAI PADA HARI SENIN PAGI sampai MINGGU Pagi. Sepanjang Minggu. Dengan platform pengorbanan yang hidup sepanjang hari-hari. Platform keadilan dan belas kasihan mengalir seperti sungai melalui semua hubungan dan interaksi. Platform kekudusan dan kemurnian dalam setiap bidang kehidupan. Tersembunyi dan terbuka di publik. Itulah penyembahan yang ingin dilihat TUHAN. Itulah yang LAYAK TUHAN DAPATKAN.