Ketika Jiwa Terpuruk dan Putus Asa — Mazmur 42

LD Tonny Mulia Hutabarat

18 Juli 2023 

Ketika Jiwa Terpuruk dan Putus Asa — Mazmur 42

Mengapa engkau TERTEKAN, hai jiwaku, dan mengapa engkau GELISAH di dalam diriku? BERHARAPLAH kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! (Psa 42:12 ITB)

Sakit berkepanjangan, kesulitan ekonomi, pengangguran, studi terkendala, ketidakharmonisan keluarga, kesendirian, relasi yang buruk membebani jiwa. Mengapa terjadi ya TUHAN?  Mazmur 42 mengarahkan kita untuk berbicara kepada diri sendiri tentang keadaan kesusahan, rasa sakit, dan keputusasaan. Bertanya pada diri sendiri akan menghubungkan kita dengan hati Juruselamat. Pengharapan kepada TUHAN adalah tanpa menuntut agar DIA memenuhi janji-janji-Nya sesuai jadwal (agenda) kita.

Di saat-saat putus asa kita harus memusatkan pikiran dan mengajukan pertanyaan: “Mengapa engkau putus asa, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah dalam diriku?”  Jika dosa sumbernya, maka harus bertobat. Tetapi jika bukan karena dosa maka kita dapat terhibur karena berbagi persekutuan dengan Yesus (Mat. 5:4). Terus berharap kepadaNya (ay 5-6). Harapan pada Tuhan yang hidup adalah obat untuk jiwa di saat putus asa. Harapan membuat mata memandang ke depan. 

Pengharapan harus “di dalam TUHAN.”  Meskipun merana di padang belantara selama satu musim dengan air mata Tuhan tetap tidak berubah. TUHAN mengerjakan segala sesuatu untuk kebaikan (Rm. 8:28).

Kita telah dijamin akan masa depan dan warisan yang mengalahkan semua keputusasaan yang mungkin kita alami saat ini. Karena harapan kita tidak didasarkan pada probabilitas tetapi pada kepastian ilahi. Tuhan mungkin tidak mengurangi rasa sakit kita saat ini, tetapi DIA memaksimalkan sukacita kita dengan visi warisan yang dijanjikan kepada kita. Pengharapan yang menyenangkan Tuhan tanpa menuntut agar DIA memenuhi janji-janji-Nya sesuai jadwal (kehendak) kita.

Saat kita terpuruk, Tuhan sedang membangun buah roh kesabaran dalam diri kita (Rm. 8:24–25). Martyn Lloyd-Jones mengamati bahwa ”harapan adalah orang tua dan anak dari kesabaran”. Saat kita berharap pada Tuhan ketika tertindas (tertekan), kita tumbuh dalam kesabaran, yang melahirkan harapan yang lebih besar. Harapan adalah investasi yang mengandung bunga spiritual yang membangkitkan jiwa dalam kegembiraan yang abadi. Saat terpuruk tetap berharap kepada TUHAN.