KEMULIAAN KRISTUS – Kolose 1:19 (part-1)

LD Tonny Mulia Hutabarat

Kamis 13 Juli 2023

KEMULIAAN KRISTUS – Kolose 1:19 (part-1)

Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, (Colossians 1:19 ITB)

Gereja yang sehat adalah gereja yang memiliki doktrin yang meninggikan Kristus sebagai TUHAN. Dan Teologi Kristosentris yang benar dan tepat akan mempengaruhi seluruh gaya hidup Kristiani. Paulus menegaskan pemujaan tertinggi hanya kepada Tuhan Yesus di dalam gereja Kolose. Doktrinal Kristologis yang seperti apa yang disampaikan Paulus kepada Jemaat Kolose? yaitu DOKTRIN KEPENUHAN TUHAN DI DALAM KRISTUS.

Bahasa “kepenuhan” mengingatkan kembali kepada TUHAN yang memenuhi bait suci dengan kehadiran-Nya. Kitab Yehezkiel diakhiri dengan harapan yang besar bahwa TUHAN memenuhi Bait Suci (Yeh 44:4). Dan Paulus membantu kita melihat bahwa penggenapan nubuat Yehezkiel tidak akan diwujudkan melalui bait suci yang dilapisi emas tetapi di dalam “daging”. TUHAN akan bersemayam, tidak lagi dalam rekayasa bangunan bait suci yang kokoh (dan sudah diruntuhkanNya) tetapi dalam kerapuhan daging manusia.

Kristus memiliki kepenuhan kekekalan keillahian. Hanya Yesus yang mengucapkan, “Sebelum Abraham jadi (ada), AKU telah ada” (Yoh 8:58). Meskipun inkarnasi merupakan suatu peristiwa dalam waktu, Yesus tidak memiliki awal dan akhir. DIA secara kekal “diperanakkan” oleh Bapa, agen aktif penciptaan dan gambar dari TUHAN yang tidak kelihatan.

Kristus memiliki kepenuhan kuasa keillahian. Menciptakan makanan dari ketiadaan. Menyentuh dan menyebuhkan orang sakit. Mengusir Iblis. Membuka mulut yang bisu. Menghentikan badai. Membangkitkan Lazarus yang sudah mati 3 hari (membusuk).

Kristus memiliki kepenuhan hikmat ilahi. Mengajar dengan otoritas (Mrk 1:27). Menyembunyikan rahasia kerajaanNya. Menjawab pertanyaan dan kritik ahli Taurat .

Kristus memiliki kepenuhan keadilan ilahi. Menjungkirbalikkan meja perampok di bait  suci (Mrk 11:15). Menegur keras kemunafikan para Ahli Taurat. Menghakimi orang yang hidup dan yang mati (2 Tim 4:1).

Kristus memiliki kepenuhan kasih ilahi. Ia “lemah lembut dan rendah hati” (Mat 11:29). DIA mengasihani orang banyak karena DIA melihat mereka sebagai domba tanpa gembala (Mat 9:36). DIA meratapi kota Yerusalem, rindu untuk memeluk mereka seperti induk ayam dengan anaknya (Mat 23:37). DIA berbicara dengan lembut kepada Maria di makam (Yoh 20:16), ramah kepada Tomas yang meragukan kebangkitanNya (Yoh 20:27), dan memulihkan Petrus setelah penyangkalanNya (Yoh 21:5). Dalam kasihnya, IA rela menyerahkan nyawanya di kayu salib, memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mrk 10:45).

Kristus memiliki kepenuhan kekudusan ilahi. Yesus menggenapi setiap titik dari Hukum TUHAN (Mat 5:18). DIA dicobai dalam segala hal, namun tanpa dosa (Ibr 4:15). DIA bisa berkata kepada musuh-musuhnya dengan wajah serius, “Siapakah di antara kalian yang menghukumku karena dosa?” (Yoh 8:46).

Kristus memiliki kepenuhan kemuliaan keillahian. Meskipun Kristus “tidak memiliki bentuk (rupa) atau keagungan sehingga kita dapat memandangnya (menerimaNya),” kemanusiaanNya menutupi kepenuhan kemuliaannya. Pada saat Transfigurasi di salah satu bukit, kemuliaan yang diselubungi oleh kemanusiaanNya diangkat, memperlihatkan penampilanNya yang bercahaya dan mulia. Yesus berdoa kepada Bapa, berkata, “Bapa, muliakanlah Aku di hadapan-Mu dengan kemuliaan yang Kumiliki bersama-Mu sebelum dunia ada” (Yoh 17:5).

Di dalam pribadi Kristus berdiam keilahian yang lengkap, mutlak, dan penuh. Seluruh kepenuhan TUHAN berdiam di dalam dirinya secara jasmani. Pada penjelmaan Sabda yang kekal, seluruh kepenuhan TUHAN diwujudkan dalam pribadi Kristus. Pada inkarnasi, Yesus mempertahankan keilahian sejati dan tetap dalam  kemanusiaan penuh. Namun, DIA tidak mengurangi keilahianNya dengan cara apapun dengan menambahkan kemanusiaan-Nya.  (to be continue …)

LD Tonny Mulia Hutabarat

Jumat 14 Juli 2023

KEMULIAAN KRISTUS – Kolose 1:19 (part-2)

Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, (Colossians 1:19 ITB)

*Kepenuhan TUHAN dalam Kepenuhan Kristus (Ilahi dan Manusia)*. Para teolog menyebut misteri penyatuan kodrat ini dalam pribadi Kristus sebagai penyatuan hipostatik. Gereja mula-mula bergulat mengartikulasikan ajaran Trinitas maupun tentang pribadi Kristus — sesungguhnya, keduanya berhubungan. Bagaimana mungkin Tuhan menjadi manusia? Bagaimana mungkin manusia menjadi Tuhan? Bagaimana Kristus dapat benar-benar memiliki kedua kodrat pada saat yang sama? Bagaimana mengartikulasikan realitas Alkitab ini? Bagaimana menjelaskannya?

Pada  abad pertama gereja, ada empat kategori ajaran sesat yang berkaitan dengan pribadi Kristus. Empat Kesalahan tentang Pribadi Kristus:

(1) Kristus sebagai Makhluk Seseorang melakukan kesesatan dengan menyangkal keilahian Kristus tetapi menegaskan kemanusiaanNya. Kristus adalah ciptaan Tuhan yang paling penting (utama), bahkan makhluk yang unggul—DIA tetaplah ciptaan. Contoh paling gamblang dari hal ini adalah ajaran sesat Arianisme, yang mengatakan, “Ada suatu masa ketika DIA tidak ada.”

(2) Kristus sebagai Penipu. Seseorang melakukan kesesatan dengan menyangkal kemanusiaan Kristus tetapi menegaskan keilahian-Nya. Sang Sabda menyamar menjadi manusia, tetapi sebenarnya DIA tidak mengambil sifat manusia. Contoh paling gamblang dari ajaran sesat ini adalah Docetisim atau Gnostisisme.

(3) Kristus sebagai Hibrida. Seseorang melakukan bid’ah ini dengan memadukan dua kodrat kemanusiaan dan ketuhanan menjadi satu ramuan unik dari keduanya. Pikirkan monster Frankenstein, penggabungan yang aneh dan tidak alami. DIA tidak benar-benar ilahi atau benar-benar manusia, tetapi campuran yang aneh dari keduanya. Contoh paling eksplisit dari ajaran sesat ini disebut monofisitisme.

(4) Kristus sebagai Bipolar. Seseorang melakukan kesesatan ini dengan membagi dua kodrat, melihatnya sebagai terpisah daripada bersatu. Jadi Kristus memiliki dua kehendak, kehendak manusia dan kehendak ilahi, kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Contoh paling gamblang dari bid’ah ini adalah Nestorianisme.

Kristus sebagai Satu Pribadi dalam Dua Kodrat. Konsili Chalcedon (451 M) menghasilkan konsensus tentang cara ortodoks berbicara tentang pribadi Kristus. Kristus adalah “satu pribadi dalam dua kodrat.” Dia benar-benar TUHAn: “sepadan/setara dengan Bapa.” Dan DIA benar-benar manusia “sesuai dengan kita manusia dewas; tetapi tanpa dosa.” Cara yang tepat untuk berbicara tentang pribadi Kristus adalah sebagai “satu pribadi dalam dua kodrat,” benar-benar manusiawi dan benar-benar ilahi yang tinggal secara jasmani dalam satu pribadi Kristus.

Dua kodrat Kristus berbeda tetapi bersatu dalam satu pribadi-Nya. Jika kita menyangkal keilahiannya, kita menjadi penyembah berhala, menyembah makhluk. Jika kita menyangkal kemanusiaan-Nya, Kristus tidak dapat menjadi pengantara kita, dan keselamatan kita tidak lengkap. Hanya melalui penyatuan dua kodrat yang berbeda dalam pribadi Kristus maka keselamatan kita bersandar. Herman Bavinck berkata, “Kepenuhan dipertahankan hanya jika kedua kodrat dibedakan satu sama lain, mengkomunikasikan sifat dan atribut mereka bukan satu sama lain, tetapi menempatkannya, lebih tepatnya, untuk melayani satu orang.”

Tidak ada Inkarnasi, tidak ada Kekristenan” Jika diabaikan, dihilangkan, ditelantarkan maka doktrin keselamatan terancam punah. Seluruh kepenuhan Tuhan diam di dalam tubuh Kristus. Penjelmaan bukan hanya salah satu misteri yang paling agung, keindahan yang tak tertandingi, doktrin dasar, tetapi TUHAN  senang tinggal di dalam Kristus. (to be continue ..)

LD Tonny Mulia Hutabarat

Sabtu, 15 Juli 2023

TUHAN SENANG Berdiam Dalam Kristus – (part-3)

Karena seluruh kepenuhan Allah BERKENAN diam di dalam Dia, (Colossians 1:19 ITB)

Mengapa TUHAN berdiam di dalam Kristus? Kata Yunani asli “berkenan” (εὐδόκησεν) berarti “senang, suka, gembira, menikmati, setuju, menginginkan. Perhatikan Terjemahan NAS (For it was the Father’s good pleasure for all the fulness to dwell in Him, (Col 1:19 NAS). BAPA senang tinggal di dalam Kristus.”  Inkarnasi bukan hanya kebutuhan untuk keselamatan, tetapi PUTRA yang kekal dengan senang hati menggabungkan kemanusiaan penuh dengan keilahianNya. Saat kita berusaha memahami mengapa TUHAN berkenan  (bersukacita) untuk tinggal secara jasmani di dalam Kristus, konteks yang melingkupi ayat memberi empat alasan:

1. Agar Kristus Dapat Dilihat Sebagai Yang Utama

Paulus menjunjung tinggi Kristus di akhir ayat 18 sebagai “yang pertama, yang sulung dari antara orang mati, agar Ia menjadi yang utama dalam segala hal”. Kepenuhan TUHAN senang tinggal di dalam Kristus sehingga Kristus dapat menjadi yang pertama, ditinggikan, di atas segalanya. Melalui inkarnasi Kristuslah TUHAN dapat menggenapi rencana agung penebusan. Tetapi dengan penyelamatan kita, Kristus diangkat sebagai yang utama dan mulia di seluruh kosmos. Inkarnasi PUTRA  secara unik menunjukkan hikmat, kuasa, dan kasih sayang BAPA.

2. Agar Kristus Menjadi Kepala Gereja

Putra menjelma menjadi daging untuk mengumpulkan bagi diriNya kumpulan orang-orang yang dapat DIA berkati, pimpin, dan kuasai (ay 18). Melalui penyatuan keilahian dan kemanusiaan dalam satu pribadi Kristus, Yesus menjadi satu-satunya perantara antara TUHAN dan manusia. Saat orang berdosa bertobat dan beriman kepada Yesus, mereka dipersatukan dengan Kristus sebagai kepala mereka. Dengan kekepalaan, itu berarti Kristus memiliki otoritas atas umat-Nya. Dia adalah raja, penguasa, Tuhan. Itu berarti bahwa mereka yang datang kepada Kristus berada di bawah kekepalaanNya sebagai manusia baru, bukannya kekepalaan Adam sebagai manusia lama. TUHAN senang tinggal sepenuhnya di dalam Kristus demi gereja-Nya.

3. Agar Kristus Dapat Mendamaikan Segala Sesuatu

Tuhan senang tinggal di dalam Kristus untuk membawa rekonsiliasi ke dunia. Ia menulis, [erhatikan Kol 1:19-120. Oleh dosa dunia menjadi kacau balau. Manusia yang diciptakan-Nya bermusuhan dengan Tuhan, pantas menerima penghakiman bukan berkat Tuhan. BAPA senang tinggal di dalam Kristus karena itulah satu-satunya cara untuk membawa rekonsiliasi, keselamatan dan pembenaran.

4. Agar Kristus Dapat Berdamai Dengan Salib

Rekonsiliasi membutuhkan perdamaian, dan perdamaian antara TUHAN dan manusia hanya dapat dicapai dengan darah Kristus (bdk (Ibr 10:4, 10).  Michael Horton menyatakan, “Hanya dalam kekhasan masing-masing kodrat, bersatu dalam satu pribadi, kita menemukan Juruselamat yang lengkap yang dapat membawa pembebasan penuh dari dosa dan kematian.”