Kematian Yang Berharga … Lukas 9:22-27

LD Tonny Mulia Hutabarat
Sabtu, 14 September 2024

Kematian Yang Berharga … Lukas 9:22-27

Kebudayaan dunia dalam sejarah Keristenan sering kali memusuhi gereja. Yesus tidak pernah meremehkan biaya pemuridan untuk mendapatkan lebih banyak pengikut. Mengikuti-Nya tidak mudah, jauh lebih sulit dari yang dibayangkan.

Dalam bagian perikop 9:22-27 , Yesus memperingatkan pengikutNya untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian-ujian berat yang akan datang. Namun, sebelum melakukan itu, DIA memberi tahu mereka tentang kematian dan kebangkitanNya. Yesus tahu bahwa mereka perlu melihat pengorbananNya sendiri untuk memahami harga sebenarnya dari menjadi murid. Karena Yesus mati untuk kita, seharusnya kita bersedia mati bagi diri sendiri dan hidup untuk DIA.

  1. Kematian Kristus (21-22)

Yesus memberi tahu para pengikutNya – untuk pertama kalinya – tentang kematian dan kebangkitan-Nya.

Ia pasti menderita bukan karena berdosa. Ia menderita untuk memikul dosa dan kesengsaraan mansia – bdk Yesa 53:4-5) Dia menderita hukuman demi orang lain. Penderitaan itu dimulai sejak kelahiran-Nya. Merendahkan diri-Nya dalam bentuk seorang bayi adalah awal dari kehinaan dan penderitaan-Nya.

Tiga kelompok penguasa yaitu tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat – sangat iri hati terhadap popularitas dan hikmat Yesus. Para pemimpin agama akan melakukan segala cara untuk mengakhiri pelayanannya.

Pembunuhan berencana – Puncak penderitaan fisik dan penghinaan-Nya terjadi di tangan orang-orang Romawi yang akan meludahi dan menyiksa-Nya sebelum menyalibkan-Nya. Penyaliban adalah bentuk hukuman yang sangat kejam sehingga orang-orang Romawi tidak diizinkan untuk mengeksekusi-Nya dengan cara seperti itu. Dan bagi orang-orang Yahudi, digantung di kayu salib dianggap sebagai kutukan (Gal. 3:13). Tampaknya murid2Nya tidak memahami maknsa salib pada awalnya.

Syukurlah, karena kasihnya kepada mempelai wanitanya, Kristus menanggung rasa sakit dan malu di kayu salib sampai mati. Yesus tidak mengakhiri khotbahnya dengan menjelaskan tentang kehinaan yang dialami-Nya. Ia juga memberi tahu mereka bahwa Ia akan ditinggikan melalui kebangkitan-Nya.

Yesus mengungkapkan semua ini kepada para murid dengan maksud mempersiapkan mereka menghadapi penganiayaan. Ia tidak ingin mereka terkejut. Hanya karena kematian Kristuslah kita bersedia mati bagi diri kita sendiri.

  1. Kematian Diri Kristen (23-27)

Yesus memberi tahu mereka bahwa bagian dari tanggung jawab mereka sebagai murid adalah memikul salib mereka sendiri setiap hari. Mengikuti Kristus tidak akan mudah. Dia memberikan tiga aspek dari pemuridan (23):

  1. Menyangkal diri – Pengikut Kristus tidak boleh lagi hidup menurut keinginan mereka sendiri. Kita harus meninggalkan apa pun yang dapat menggantikan DIA di pusat kehidupan kita.
  2. Memikul salib-Nya setiap hari – Kita harus memiliki pikiran Kristus yang rela mengosongkan diri-Nya dari hak istimewa surgawi-Nya agar dapat datang dalam rupa manusia, dan kemudian hidup dalam ketaatan sampai mati di kayu salib. Penderitaan semacam ini khususnya merupakan penderitaan Kristen.
  3. Ikutlah Aku – Kita bersedia mengikuti Kristus tanpa mempedulikan penderitaan yang mungkin kita hadapi karena teladan-Nya.

Kesediaan mengambil bagian dalam kehinaan kehinaan Kristus, maka kita tidak dapat mengambil bagian dalam permuliaan-Nya, yaitu :

  1. Kita akan menyelamatkan hidup kita (24): barangsiapa menginginkan hal-hal yang terbaik dalam hidup ini, maka ia akan kehilangan minatnya terhadap duniawi dan memperoleh hidup kekal.
  2. Tidak ada keuntungan di luar keselamatan Kristus (25): Kekekalan di neraka tidak sebanding dengan memperoleh semua yang ditawarkan dunia ini.
  3. Jika kita malu terhadap Dia, Dia akan malu terhadap kita “ketika Dia datang” kembali(26): Kita mungkin mengungkapkan rasa malu kita dengan tidak mau memberi tahu orang lain bahwa kita mengidentifikasi diri dengan Kristus dan Gereja-Nya. tetapi itu adalah kegagalam menikmati kemuliaanNya.

Kesimpulan: Karena Yesus mati untuk kita, seharusnya kita bersedia mati bagi diri sendiri dan hidup untuk DIA. JC Ryle mengomentari: “Kematian-Nya adalah hasil dari keputusan kekal Tritunggal Mahakudus. Ia telah berjanji untuk menderita bagi dosa manusia, orang benar bagi orang tidak benar, agar Ia dapat membawa kita kepada BAPA di Sorga. Ia telah berjanji untuk menanggung dosa-dosa kita, sebagai Pengganti dan Penjamin kita, dan Ia menanggungnya dengan rela dalam pribadi-Nya sendiri di kayu salib. Penderitaan Yesus demi kita memotivasi kita untuk menanggung penderitaan demi Dia”