KEDAULATAN TUHAN DALAM HIDUP KITA

1 Samuel 1:1-28

Tidak dapat dihindari dalam kehidupan selama di dunia yaitu problem, pencobaan, tantangan dalam berbagai bentuk atau macam. Tetapi kita percaya dan yakin bahwa Tuhan menjawab setiap permasalahan yang kita alami dalam dunia yang fana ini. Ia adalah Tuhan yang sanggup memberkati, memulihkan hidup kita dalam setiap permasalahan yang ada. Baik suka maupun duka. Dalam 1 Samuel 1 diberitakan Tuhan sanggup menjawab permasalahan yang di hadapi oleh Hana.

  1. Tuhan Memulihkan & Memberkati

    Lewat teks iman yang klasik ini dituturkan bahwa Hana menderita karena tidak memiliki seorang anak dalam hidupnya, dan menerima hinaan yang dilontarkan oleh Penina (Isteri dari suaminya yang lain) sebab Tuhan telah menutup kandungannya. Orang Israel percaya bahwa anak adalah anugerah yang bisa diberi dan ditahan oleh Tuhan. Wajar juga kalau Hana merasa sedih, atau kecewa karena ia tidak memiliki seorang anak sedangkan Penina memiliki seorang anak.

    Hana disakiti oleh Penina dari tahun ke tahun. Hana hanya dapat berlari dan berdoa kepada Tuhan sehingga ia pun akhirnya dapat dipulihkan oleh Tuhan. Pada ay. 14 imam Eli yang ada pada saat itu mengira bahwa Hana sedang mabuk di bait suci karena hanya bibirnya saja yang bergerak (komat-kamit). Hana berdoa dan bernazar untuk mendapatkan perhatian dari Tuhan agar kandungannya dipulihkan.

    Pada ay. 19-20 dituliskan bahwa ketika Elkana dan Hana bersetubuh, Tuhan mengingat Hana sehingga setahun kemudian Hana mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan yang bernama Samuel (“Aku telah memintanya dari pada Tuhan” ay. 20). Hana mendapatkan pemulihan dari Tuhan yaitu kandungannya dibuka. Kelahiran Samuel, anaknya yang pertama mendatangkan sukacita.
  1. Tuhan membentuk hati yang rela menyerahkan anak kepada-Nya.

    Samuel lahir, dan diserahkan kepada Tuhan untuk selamanya sebagai pelayan-Nya. Samuel didapat dengan doa. Pembelajaran etis theologis bahwa hanya karena belas kasihanNya kita dapat menikmati kasihNya. Segala yang diberikan kepada kita (harta, anak dll) datang dari Tuhan sebagai sumber segala sesuatunya. Kita tidak berhenti pada menikmati berkat rohani dan jasmani tetapi menikmati Pemberi berkatnya.

Beberapa pelajaran penting lainnya bagi saya melalui pembelajaran tokoh Hana di pasal 1 ini, antara lain:

  1. Hana adalah istri kedua dari Elkana (ay 1). Terlepas dari etika Kristiani bahwa di kalangan budaya Yahudi, bahwa istri kedua selalu mendapat “penindasan” dari istri pertama. Namun yang sangat “mengherankan” bahwa Tuhan memakai semua itu untuk maksud dan tujuanNya. Khusus tentang Samuel anak yang dilahirkan Hana dipakai Tuhan selama 40 tahun menjadi hakim, imam dan nabi di Isarel dalam masa transisi theokrasi. Intinya orang yang direndahkan tetap dipakai dan berharga dimataNya. Tuhan berpihak kepada orang yang tertindas dan lemah.

  2. Hana mengalami “penindasan” bukan sehari dua hari, tetapi dari tahun ke tahun (ay2). Namun semua pengalaman pahit itu, diselesaikannya dengan membawa air matanya (kepedihannya) di/ke Bait Suci (tentunya kepada TUHAN). Segala perkara sulit dalam kehidupan tetap dibawa “dikaki’ Tuhan. Dan sekaligus juga menyiratkan bagian ini bahwa mengikut Tuhan tidak berarti bebas (tidak ada) penderitaan. Bagi Tuhan, penderitaan kita menjadi alat yang efektif bagiNya agar kita datang kepada DIA (tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN (1Sa 1:3). Tuhan menjadi tempat “curhat” yang paling aman. DIA sahabat sejati yang membuka telinga-Nya atas kesusahan.

  3. Kedaulatan Tuhan kita terima dengan linangan air mata dimana “buah kandungan” harus ditutupNya (ay5). Sebagai orang Timur, buah keturunan adalah istimewa dan sebagai tanda diberkati Tuhan. Tetapi kali ini Tuhan sengaja menutupnya (ay6). Akibatnya Hana menerima perlakukan diskriminatif dari suaminya sendiri dan madunya. Sangat menyakitkan, disingkirkan dari kehidupan sosial. Sekali lagi ini adalah tindakan Tuhan secara langsung kepada Hana. Apakah Tuhan adil dengan perlakuan ini? Tindakan Tuhan seperti ini membawa hasil/nilai spiritual yang tak tertandingi dengan 10 anak yang bisa diberikan, yaitu HANA BERSUJUD DIHADAPAN TUHAN DARI TAHUN KE TAHUN. Kedaulan Tuhan yang mutlak dalam situasi “perih” hidup kita akan membawa berkah yang besar, yaitu kita ditarik “kehadiratNya”.

  4. Hasil dari penindasan Elkana dan Penina, membawa Hana masuk ke bilik sorgawi melalui DOA (ay 10, 12 terus menerus berdoa). Dia datang dengan doa air mata dan kepedihan. Kebudayaan di Timur Tengah bahwa seorang Raja Yang Lalim pun terikat dengan hukum yaitu tidak boleh mengabaikan kesusahan seorang perempuan yang bersusah hati. Penulis kitab ini mengisyaratkan kepada kita bahwa Tuhan Yang Berdaulat Sangat Baik itu dapat didekati dan yang dapat menyelesaikan persoalan hidup.

  5. Hana yang berdoa intensif pun dapat disalahmengerti oleh Hamba Tuhan yang besar (Elia, ay 12-14). Orang2 disekeliling kita bisa jadi tak mengerti cara2 tindakan kerohanian yang kita lakukan (karena tindakan Hana ini tidak lazim di bait suci). Elia menganggap dia mabuk dan dursila. Hana menandaskan bahwa ia sedang mengalami kesusahan hati yang berat dan mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan. Penulis secara ironis menyatakan bahwa Elia (imam besar) tak dijadikan tempat konseling yang baik karena ia telah menghakiminya sebagai perempuan mabuk dan dursila. Pelajarannya bahwa Tuhan (bukan manusia) tempat yang aman untuk berkonseling secara pribadi. Elia (hamba Tuhan) sebagai konselor malah “mencela’.

  6. Elia yang tak mengerti kesusahan hati Hana pun dipakai Tuhan untuk menjawab pergumulan doa Hana, ayat 17. Di dalam keterbatasan hamba Tuhan, Elia, Tuhan pun menaruhkan jawaban doa Hana, bahwa Tuhan akan mengabulkan permintaannya. Suatu hal sangat sulit memahami cara kerja Tuhan pada bagian ini, yaitu di dalam kekurangan hambaNya Elia, Tuhan pun menyatakan kehendakNya melalui Elia.

  7. Doa, penyembahan, iman, harapan yang besar, di dalam lingkaran aktivitas rohani ini Dia menyatakan perjanjianNya kepada Hana (ay 19), Tuhan ingat kepadanya. Dan selanjutnya perkara rohani pemberian anak kepada Hana disalurkan melalui hubungan biologis dengan Elkana yang nota bene pada awalnya juga mendiskriminasi Hana. Elkana menghina Hana tetapi pada malam hari memeluknya untuk diberi anak. Suatu ironi. Antara benci dan cinta.

    Saya jadi ingat bagian firman Tuhan di PB bahwa Tuhan bekerja dalam segala hal (baik dan buruk) untuk mendatangkan kebaikan kepada mereka yang mengasihi Dia.
  1. Pergumulan dari tahun ke tahun itu berakhir dengan Tuhan mendengar Hana dengan memberikan seorang anak laki, yaitu SAMUEL (ay 20), artinya “Tuhan Mendengar”. Ternyata Tuhan tidak tuli atas doa2 anak2nya yang disampaikan bertahun2 (bertalu2).

  2. Apa yang kumiliki sekarang adalah milik Tuhan yang harus dipersembahkan kepada Tuhan (ay 22-28). Bagi orang Timur termasuk juga kebudayaan Asia dan Indonesia, bahwa anak adalah harta yang tertinggi. Setelah Hana memperolehnya dengan perjuangan iman dan rohani maka sekarang pun dia -Samuel- kasayangannya harus diserahkan kembali kepada Tuhan. Hana telah menikmati kasih setiaNya, belas kasih Tuhan, perbuatan ajaibNya dari tahun ke tahun. Dan seterusnya Samuel menjadi dewasa sampai dapat memimpin Israel selama 40 tahun. Selama itu pula Hana menikmati hasil pelayanan Samuel.

  3. Hana, seorang Ibu yang sangat mengasihi anaknya yang baru berumur 2 tahun diserahkannya kepada TUHAN (ay 28). Dia rela melepaskannya dibawah asuhan imam Eli, disertai dengan pengucapan syukur dan sikap penyembahan kepada Tuhan. Ibu yang tadinya sangat antusias memiliki anak, dan setelah memperolehnya diserahkan kembali kepada Tuhan sebagai pemilik mutlak anak itu untuk dipakai menyatakan kehendakNya di bumi. Ibu yang sangat luar biasa yang rela melepaskan haknya.

  4. Bagaimana kita menikmati Pemberi (Tuhan) berkat2? Yaitu dari tahun ke tahun bersekutu denganNya. Bahasa sastra penulis kitab adalah, berdoa, berkurban, menyembah, bersujud, berseru dari waktu ke waktu, hari ke hari, tahun ke tahun sampai di surga tak berkesudahan.

Bila hari ini engkau mengalami kebuntuan hidup karena masalah2 buruk yang menimpa, sehingga kita mandul berkarya bagiNya. Sampaikan permohonan doamu sampai engkau memperoleh berkat limpahNya.

Namun jangan lupa bahwa berkat limpahNya yang diberikan kepada kita adalah menjadi sarana untuk menyukakan hati Tuhan dengan berkat tersebut. BerkatNya dicurahkan agar kita juga rela menjadi saluran berkat kepada banyak orang. Anak yang diberikan kepada kita harus diajar dan didik menjadi berkat bagi banyak orang lain juga.

Salam dari Tonny Mulia Hutabarat.

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
4 Oktober 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *