Kebesaran Tuhan Yang Tak Tertandingi

Ayub 40:1-19

Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub. (40: 1). Perhatikanlah kuda Nil, yang telah Kubuat seperti juga engkau. Ia makan rumput seperti lembu (40:10)

Kedahsyatan badai dan kekuatan kuda nil sangat kecil (nothing) dibandingkan dengan kebesaran Tuhan. Untuk yang kedua kalinya Tuhan berbicara dari dalam badai (sya’rah). Kesekian kalinya juga Tuhan menyatakan kekuatan benda2 ciptaanNya. Ayub tidak akan dapat mendekati Tuhan ke dalam pusaran badai. Ada jarak terbentang jauh antara manusia dan Tuhan. Tatkala Ayub memasuki area badai, ia pasti akan mampus, mati, lenyap seketika. Kebesaran Tuhan sangat “angker”.

Muncul istilah angin besar/ribut beberapa kali muncul dalm kitab Ayub, antara lain: 1:19, agin besar yang menghancurkan rumahnya, 9:17, angin besar yang meremukkan Ayub, 30: 15, 22 menghancurkan Ayub, 27: 21 angin timur besar melemparkan tempatnya, 28:25 kekuatan angin ditetapkanNya. Badai itu diatur oleh tanganNya Yang Besar.

Binatang2 buas beberapa kali disebutkan pada pasal2 sebelumnya untuk mempertontonkan kedahsyatannya yang bertujuan membungkam kegagahan Ayub yang saleh. Pada perikop ini, disebutkan secara khusus tentang kuda nil yang memiliki power yang berbahaya bagi sekitarnya. Badai yang dahsyat tidak mungkin didekati Ayub demikian juga kuda nil yang kuat, bila berani sebagai lelaki sejati maka Ayub dapat ditelannya.

Pada pasal2 terdahulu teman2 Ayub memprotes keadilan Tuhan, dan Ayub terpancing juga menggugat kedaulatanNya. Maka pada perikop ini Tuhan menggugat Ayub dengan keras menjurus sinis dengan beberapa pertanyaan:

  1. Dipertanyakan kejantanannya yg tak sanggup menjawab pertanyaan2Nya (ay 2). Padahal Ayub di dalam kepicikannya mempertanyakan rancangan Tuhan yang tak masuk akal baginya.
  2. Dipertanyakan keinginan Ayub hendak meniadakan pengadilanNya, dan mempersalahkanNya demi membenarkan dirinya (ay 3).
  3. Dipertanyakan kemampuan lengan Ayub yang borokan/bernanah hendak menggunturkan (membuat badai) Tuhan (ay 4).
  4. Dipertanyakan kemuliaan dan semarak Ayub yang dapat merendahkan orang congkak, menghancurkan orang fasik dan membinasakannya di dalam debu (ay 5-9). Bila ia mampu akan dipuja-puji Tuhan.

Ketika Ayub diuji dalam sidang badai, Ayub bungkam seribu bahasa dan dungu di hadapan kebesaranNya. Ketika ia tidak lulus uji, maka Tuhan meminta Ayub memperhatikan kuda nil, binatang liar, buas, dan berbahaya. Binatang besar yang tak dapat dikalahkannya. Kuda Nil dijadikan tontonan untuk memperbandingkan betapa kecilnya (nothing) anak manusia (Ayub dan saya).

  1. Kuda nil dibuat pertama oleh Tuhan seperti manusia. Nil dapat memakan rumput 36 kg hanya pada malam hari (ay 10, 14 ). Sementara Ayub minimal hanya ¼ kg saja (satu piring)
  2. Kuda nil memiliki otot-otot yang kuat berbobot 4,5 ton, (ay 11, 13) sementara Ayub 55 kg (sakit dan kurus) mudah goyang ditiup angin.
  3. Panjang tubuhnya bisa mencapai 4 meter (ay 12), sementara Ayub hanya kira kira 170 cm (ay 12).
  4. Tulang-tulangnya seperti pembuluh tembaga, kerangkanya seperti batang besi dan tebal kulitnya 6 cm. Pada malam hari ia dapat berjalan sejauh 10 km, pita suaranya dapat menghasilkan suara 115 desibel setara konser band metal (ay 13). Tak sebanding dengan otot dading dan tulang Ayub yang rapuh.
  5. Menyukai air dan bisa tidur di dalam air berlama2 (ay 16, 18 ). Mampu berenang dengan kecepatan 8 km/per jam dan tahan bernapas dalam air sampai 15 menit.
  6. Tak ada seorang pun yang dapat mencocokkan tali pengikat di hidungnya. Kecepatan berlarinya 30 km/jam, sangat agresif, dapat memangsa manusia (di Afrika setiap tahun per ekor kuda nil memangsa manusia 300-500 korban/tahun (ay 19).

Tuhan menunjukkan (mempertontonkan) kelemahan Ayub. Ia terdiam dungu. Manusia tidak sanggup menyelami misteri kebesaranNya. Kepongahan hancur saat berhadapan dengan badai dan kuda nil. Tidak mungkin manusia saleh (super beriman) bersanding dengan kebesaran Tuhan.

Pada waktu kita melihat kekuatan ciptaan Tuhan pada binatang raksasa (kuda nil dll) kita bisa melihat kuasa pemeliharaanNya yang ajaib atas kita. Dan kesalehan agamawi kita hanya seperti “sampah”.

Salam mengagungkan Tuhan Yesus

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
24 September 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *