Minggu, 14 Maret 2021 – Ibu Yulia Oeniyati
Mengapa Paulus memakai gambaran “buah” untuk menjelaskan tentang karakter Roh dalam Galatia 5:22? Salah satu alasannya adalah karena adanya kemiripan proses antara buah yang dihasilkan oleh tanaman dan buah yang dihasilkan oleh hidup dalam Roh (kehidupan rohani). Bagaimana proses terjadinya buah?
1. Proses terjadinya dari dalam. Buah Roh terjadi karena Roh yang hidup di dalam hati orang percaya. Kita mendapatkan Roh yang baru ketika karya kematian Kristus terjadi dalam hidup kita dansejak itu Roh hidup di dalam kita. Jadi, hasil dari kematian Kristus adalah:
– Kehidupan dalam Roh. Roh manusia yang mati akibat dosa, sekarang dihidupkan bersama dengan
kebangkitan Kristus. (Gal 5:16)
– Kekudusan Orang Percaya. Salib Kristus menjadi tempat dimana semua keinginan daging disalibkan
dan memungkinkan kita hidup kudus. (Gal 5:24)
2. Proses terjadinya tidak disadari. Buah Roh muncul dengan tidak disadari tetapi bisa dilihat dan diukur. Buah Roh yang dilakukan sebagai tindakan perbuatan semata akan menghasilkan buah yang mekanikal (ditempelkan), karena dihasilkan dari usaha manusia bukan hasil pekerjaan Roh.
3. Proses terjadinya tidak dapat dihindari. Buah Roh harus muncul karena adanya kuasa dari Roh Kudus. Jika pohonnya baik maka buah pasti akan tumbuh dengan sendirinya, tidak harus dipaksakan.
4. Proses terjadinya terintegrasi. Buah Roh adalah satu buah tetapi memiliki 9 “rasa”, dan 9 “rasa” ini tidak bisa dipisahkan karena merupakan satu kesatuan. Untuk mempelajari salah satu “rasa” tersebut,kita harus menempatkannya dalam kerangka semua “rasa” yang lain. Jika tidak ada salah satu, maka seluruh sistem ini akan hancur. Demikian juga dengan buah Roh: 9 “rasa” buah Roh ini akan terjadi bersama-sama. Setiap orang yang sudah lahir baru, pasti memiliki 9 “rasa” buah Roh ini, tetapi tidak semua rasa mungkin sama kuatnya, karena bisa terjadi salah satu dari “rasa-rasa” itu lebih menonjol dari pada yang lain.
KEBAIKAN adalah, salah satu dari 9 rasa dari Buah Roh. Secara makna KEBAIKAN memiliki 3 esensi di dalamnya:
1. Ketulusan. Kebaikan lahir dari motivasi yang murni untuk memberi pertolongan/pelayanan kepada orang lain.
2. Kejujuran. Kebaikan dilakukan dengan apa adanya, tidak dengan pura-pura dan tidak munafik.
3. Integritas. Kebaikan dilakukan bukan karena dilihat/diawasi orang. Dimana pun dan dalam kondisi apapun, sifat kebaikan itu akan muncul jika memang itu adalah buah asli.
Bagaimana KEBAIKAN itu terjadi, tidak dapat dilepaskan dari “rasa-rasa” buah Roh yang lain. Karena, tidak mungkin kita melakukan kebaikan tanpa di dasari oleh kasih (demikian juga: sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri). Jika kita melakukan KEBAIKAN tanpa “rasa-rasa” lain itu, akan sangat dikuatirkan buah itu bukan buah yang alami (tempelan saja). Karena itu, ketika kita mempelajari masing-masing “rasa” dari buah Roh, tempatkan itu dalam kerangka keseluruhan sifat buah Roh.
Penutup:
Hendaklah KEBAIKAN hatimu diketahui semua orang. (Filipi 4:5)