LD Tonny Mulia Hutabarat
Selasa, 17 September 2024
Karateristik Kristen – Efesus 4:1-3
Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera … (Eph 4:1-3)
Kristus memanggil cara hidup Kristen yang memiliki kerendahan hati, berwatak lembut yang didorong oleh kasih. Lembut ketika sedang mengalami “hari” buruk. Ia juag memiliki kesabaran. Tidak akan mudah meledak dalam situasi yang sulit atau ketika diperlalkukan buruk oleh situasi dan orang lain.
Kita perlu menunjukkan kesabaran kepada semua orang melalui kuasa kasih Kristus. Kita harus mengampuni sebagaimana Dia telah mengampuni kita. Pada dasarnya, hal itu adalah kasih karunia Kristen yang serupa dengan Allah. Kita dapat merasa bahagia dan puas ketika kita tidak mengendalikan atau mengarahkan segala sesuatu sesuai keinginan kita.
Kita perlu berkomitmen untuk mengasihi Yesus Kristus di atas segalanya dan mengorbankan semua agenda kecil kita demi Dia – Galatia 2:20.
Rasul Paulus adalah pendukung setia persatuan Kristen, ia tahu bahwa perlu usaha dan kerja keras untuk berjalan dalam kesatuan – bdk 1 Korintus 1:10, Filipi 2:2, dan Kolose 2:2-3. Paulus terus-menerus mendesak orang Kristen untuk mengejar persatuan. Penting untuk menyadari bahwa manusia tidak menciptakan kesatuan— Tuhan yang menciptakannya. Namun; ketika umatNya dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus, kedamaian, kerendahan hati, kasih Kristen, dan kesatuan menjadi kenyataan.
Dalam Efesus 4:3, Paulus tidak memanggil kita untuk ‘menciptakan kesatuan,’ atau ‘membuat persatuan.’ Sebaliknya dia berkata, “Berusahalah memelihara kesatuan Roh melalui ikatan damai sejahtera”. Kesatuan Kristen sejati berasal dari kesatuan Tritunggal Mahakudus. Kesatuan ini diberikan kepada orang percaya oleh Bapa melalui Roh karena apa yang Kristus lakukan bagi kita di kayu salib.
Kita harus memperhatikan bahwa kesatuan Kristen sangat berbeda dari apa pun yang ditawarkan dunia. Orang-orang non-Kristen dapat bersatu dengan penuh semangat dan efektif untuk berbagai tujuan, termasuk agenda politik, isu moral seperti kemiskinan atau rasisme, atau banyak alasan lainnya. Sebaliknya, kesatuan Kristen tidak terbentuk berdasarkan suatu tujuan; kesatuan Kristen berpusat pada satu Pribadi – Tuhan Yesus Kristus. Saat kita merenungkan besarnya kasih dan pengorbanan Yesus bagi kita, serta kemuliaan keilahian-Nya, kita seharusnya terinspirasi untuk mengejar kesatuan yang jauh melampaui apa pun yang mungkin direncanakan dunia.
Kesatuan membutuhkan komitmen untuk mengembangkan karakter seperti Kristus, khususnya kerendahan hati dan ketundukan. Kesombongan adalah musuh besar persatuan. Inilah sebabnya mengapa begitu banyak bagian dalam Kitab Suci menyerukan persatuan dalam tubuh orang percaya dan juga mendesak kita untuk memupuk kerendahan hati dan ketundukan bersama. Tepat sebelum Paulus memanggil kita untuk bersatu dalam Efesus 4:3, ia mendesak kita untuk ” Hendaklah kamu rendah hati dan lemah lembut, sabar, dan saling membantu dalam kasih” (ayat 2).
Untuk menjaga persatuan adalah komitmen untuk berusaha sungguh-sungguh dan berdoa untuk mengejar perdamaian, menyelesaikan konflik, dan memelihara hubungan meskipun ada perbedaan pribadi.
Paulus dan penulis Perjanjian Baru lainnya tahu bahwa Setan selalu berusaha menabur benih konflik, pelanggaran, dan perpecahan dalam tubuh orang percaya, dengan harapan dapat menghancurkan kesaksian kita bagi Kristus. Seperti yang diajarkan Paulus, cara terbaik untuk menghentikan benih konflik ini tumbuh adalah dengan bersikap rendah hati dan lembut terhadap mereka yang membuat kita kesal, dengan sabar mengabaikan pelanggaran kecil, bersabar terhadap mereka yang mengecewakan kita, dan dengan penuh kasih mengoreksi mereka yang dosanya terlalu serius untuk diabaikan.
Seperti yang ditunjukkan bagian ini, kesatuan Kristen sejati dapat memberikan kesaksian yang kuat dan menarik bagi dunia. Kesatuan itu menyingkapkan kuasa Juruselamat yang menebus dan mendamaikan. Kesatuan itu menunjukkan bahwa hubungan dapat bertahan terhadap kekecewaan dan rasa sakit dalam kehidupan sehari-hari. Kesatuan juga memampukan jemaat untuk melawan tekanan dunia, untuk merawat mereka yang membutuhkan, dan untuk membawa Injil ke seluruh dunia (Matius 28:19-20).