LD Tonny Mulia Hutabarat
Jumat, 20 September 2024
Hidup Karena Iman — Habakuk 2:4
Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya. (Hab 2:4)
Habakuk 2:4 adalah ayat yang penting, tidak hanya dalam sejarah, tetapi juga bagi kita masing-masing secara pribadi. Bagaimana kita bisa diselamatkan? Bagaimana kita bisa bertahan melewati masa-masa tersulit dalam hidup? Habakuk 2:4 memberi tahu kita, itu adalah melalui iman
I. MAKNA: “Tetapi orang benar akan hidup karena imannya.”
Ayat ini dikutip tiga kali dalam Perjanjian Baru, Roma 1:17, Galatia 3:11, Ibrani 10:38.
Frasa “orang benar” berarti melakukan segala sesuatu yang seharusnya di lakukan dalam suatu hubungan. Menjadi “orang benar” di hadapan Tuhan berarti bersikap benar di hadapan-Nya; memiliki hubungan yang baik dengan-Nya.
Frasa “akan hidup”, berarti hidup di bumi, tetapi memiliki hidup kekal. Seperti yang tertulis di Roma 6:23. Hidup karema iman.
Frasa “dengan iman”. Iman adalah keyakinan akan janji-janji TUHAN. “Iman” berarti “percaya, menaruh kepercayaan.” Jadi kita dibenarkan di hadapan TUHAN, dan kita harus hidup sebagai pengikut-Nya, melalui IMAN. “Orang benar akan hidup oleh imannya.”
Perhatikan frasa iman-nya [kata ganti orang ketiga “dia”. Kata itu menekankan sifat pribadi dari iman. “Benar di hadapan Tuhan” karena iman “dia” sendiri. Orang itu (dia) secara pribadi memiliki iman.
II. Iman dan Keselamatan: Pembenaran oleh Iman
Habakuk 2:4 juga digunakan dalam Kejadian 15:6.Abraham percaya kepada Tuhan bahwa keturunannya akan banyak seperti sejumlah bintang yang tak terhitung pada saat ia tidak memiliki anak. Ini adalah gambaran yang luar biasa tentang keselamatan melalui iman. Tuhan “menganggap” atau “menghitung” Abram sebagai orang benar — dengan kata lain, ia benar di hadapan Tuhan, yang kita sebut “diselamatkan.” Abraham tidak “melakukan” apa pun selain percaya di dalam hatinya dan saat dia melakukannya, hal itu “diperhitungkan”, dihitung kepadanya sebagai kebenaran.
III. Iman dan Ujian
Tentara Babilonia yang ganas datang sebagai tangan Tuhan untuk menghakimi Yehuda atas dosa-dosa mereka, dan orang-orang saleh, seperti Habakuk, yang setia kepada Tuhan, akan menanggung kesengsaraan itu ketika saatnya tiba.
Bagaimana mereka bisa bertahan hidup pada hari-hari yang sangat sulit itu? Ayat ini diberikan dalam konteks itu: pada hari-hari sulit yang akan datang, “Orang benar akan hidup oleh imannya.” —bahkan saat mereka melihat kekerasan melanda negara mereka, mereka harus hidup dengan iman, —bahkan jika mereka secara pribadi menderita, mereka harus hidup oleh iman, —bahkan ketika mereka tidak dapat memahami mengapa Tuhan melakukan apa yang Dia lakukan, mereka harus hidup dengan iman.
Jadi Habakuk 2:4 diberikan bukan hanya untuk mengajar kita bagaimana hidup selamanya, tetapi juga untuk mengajar kita bagaimana hidup SEKARANG — hidup di masa-masa sulit, sakit, dan kesusahan. “Orang benar akan hidup karena imannya.” Orang beriman bertekun di masa sulit: meskipun mereka merasa sakit, meskipun mereka menanggung derita, meskipun mereka menghadapi pertentangan, meskipun mereka ditekan untuk berkompromi, meskipun semua bukti yang bertentangan, orang beriman terus berkata: NAMUN AKU AKAN PERCAYA! “
Sikap iman dalam pencobaan inilah yang kita lihat dari orang-orang kudusNya yang tertindas di seluruh firman-Nya. Bandingkan Mazmur 22, tentang Daud yang ditinggalkan keluarganya. Bdk Ayub 13:15, di saat-saat tergelap dalam keputusasaannya, Ayub tetap “hidup oleh imannya. Demikian juga Paulus mengutip Habakuk 2:4, sekalupin dalam masa susuah ia tetap setia memberitakan Injil. Penulis Ibrani juga mengutip Habakuk 2:4 ditengah penganiayaan Kristen (lihat Irbani 11: 35-36 dan Ibrani 12:1-2. Tetapkan pandangan kepada-Nya. “Orang benar akan hidup (di saat-saat tersulitnya) karena imannya.” Di saat-saat yang paling gelap dan sulit yang mereka hadapi, “orang benar akan hidup oleh imannya.”