LD Tonny Mulia Hutabarat
Jumat 9 Februari 2024

Hati Seorang Raja Sejati … Ulangan 17:14-20

Apabila ia duduk di atas takhta kerajaan, maka haruslah ia menyuruh menulis baginya salinan hukum ini menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi. Itulah yang harus ada di sampingnya dan haruslah ia membacanya seumur hidupnya untuk belajar takut akan TUHAN, Allahnya, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya, supaya jangan ia tinggi hati terhadap saudara-saudaranya, supaya jangan ia menyimpang dari perintah itu ke kanan atau ke kiri, agar lama ia memerintah, ia dan anak-anaknya di tengah-tengah orang Israel.” (Deu 17:18-20 ITB)

Raja yang taat firman Tuhan dan rendah hati – adalah kerinduan umatNya di sepanjang sejarah keselamatan. Raja tekun membaca Firman. Raja mengimani Firman. Supaya ia takut Tuhan dan berpegang pada seluruh isi hukum yang ditetapkanNya.

Pengulangan kata “menjaga (berpegang) . . . dan melakukan” menekankan ketaatan raja. Ketaatan ini akan membuktikan rasa takutnya akan Tuhan dan menyelamatkan pengetahuannya tentang Doktrin Of God yang benar dan tepat (bdk Amsal 1:7). Dan agar ia tidak lebih tinggi (hati) daripada saudara-saudaranya.

Terlepas dari kedudukannya sebagai raja, raja tersebut adalah orang Israel seperti semua orang Israel lainnya, dan pilihan TUHAN atas dia sebagai raja bukanlah alasan untuk bermegah (sombong). Tetpai menjadi pelayan saudara-saudaranya. Terus mempelajari Hukum akan membuatnya tetap rendah hati di hadapan rakyatnya (saudaranya).

Raja ditetapkan tekun membaca Firman agar raja terhindar dari dosa (dosa banyak istri (perzinahan), dosa mabuk harta, dosa mabuk kuasa) dan yang diakibatkannya. Pengetahuan dan ketaatannya terhadap Firman akan memampukan dia untuk “tidak menyimpang dari perintah, baik ke kanan maupun ke kiri”.

Selain merasakan sukacita karena tetap setia kepada Tuhan, raja juga akan “bertahan lama dalam kerajaannya, ia dan anak-anaknya, di Israel”. Janji ini berarti kelanjutan pemerintahan raja dan perluasan pemerintahan ini kepada keturunannya setelahnya.

Sebagaimana membaca Firman Tuhan dimaksudkan untuk membuat raja tetap rendah hati di antara saudara-saudaranya, demikian pula para pemimpin Kristen saat ini harus selalu ingat bahwa pelayanan istimewa mereka bukanlah untuk mengagungkan diri sendiri tetapi dengan rendah hati melayani jemaat. Yesus menggambarkan pelayanan ini dengan membasuh kaki muridnya dan pada akhirnya memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi manusia.

Meskipun tidak ada tuntutan bagi pemimpin Kristen untuk digantikan oleh anak-anak mereka, dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin yang setia diharapkan memiliki anak-anak yang setia pada jalan Tuhan. Hal ini tentunya akan menjadi berkat Tuhan yang berkelanjutan bagi banyak generasi mengingat pembelajaran seorang pemimpin dan ketaatan yang rendah hati terhadap Firman-Nya.