Hakim 8:4-9

Ramah dalam bahasa Yunani adalah “chrestos” yang bernuansa baik, murah hati, bermanfaat, lemah lembut.

Pencapaian sukses tidak selalu mudah, ada saja rintangan. Kesulitan yang rumit bila datang dari lingkungan (kolega) sendiri. Gideon hampir menang menaklukkan Midian-Amalek namun mendapat penolakan keramahan dari bangsanya sendiri, orang Sukot dan Pnuel.

Tentara yang sedang melayani Tuhan, mengejar musuh dengan jarak yang jauh. Terbayang wajah kelelahan, kelaparan (mungkin wajah putus asa dan bosan). Tidak ada orang yang berjuang bekerja kepada Tuhan tanpa kecapekan. Sesungguhnya mereka yang tidak lelah belum bekerja bagi Tuhan. Justru dalam menyelesaikan pelayanan Tuhan banyak rasa sakit, air mata, hampir putus asa yang dialami pekerja. Banyak orang yang ingin berhenti melayani karena kelelahan dan karena tidak mendapatkan keramahan dari lingkungan pelayanan. Gideon terus berjuang karena antusias memenuhi kehendak Tuhan.

Gideon merindukan keramahan orang Sukot untuk diberikan sepotong roti, karena rakyat (tidak disebutkannya tentara) sudah kepalaran. Orang Sukot tidak diminta untuk mengejar musuh di garis depan hanya memberikan logistik. Namun mereka menolak memberikan makanan. Gideon ditolak oleh kawan (sebangsa) sendiri. Dalam mengerjakan pelayanan (di gereja dll) sering juga kawan2 dekat menolak (perlawanan sengit) usaha pelayanan yang mulia. Apakah orang Sukot/Pnuel sedang mengecilkan jiwa Gideon atau sedang memberikan semangat. Orang Sukot dan Pnuel meremehkan kemampuan Gideon dan pasukannya, yang juga meremehkan kuasa Tuhan. Mereka gagal ramah (lemah lembut) kepada Gideon dan Tuhan.

Tuhan yang memerintahkan untuk memerangi Midian-Amalek, untuk membebaskan bangsa Israel dari penindasan. Orang Sukot menolak memberikan dukungan dan malah menghina Gideon. Orang Sukot membiarkan 300 orang kepalaran yang sedang mengerjakan pekerjaan Tuhan adalah kejahatan, pantas untuk dihukum keras. Ketidakramahan mereka akan diganjar dengan onak padang gurun.

Gideon setelah menyelesaikan pekerjaannya, maka pemuka Sukot (70 orang) dan orang Pnuel digaruk punggungnya dengan onak padang gurun. Ketidaramahan kepada siapa pun adalah kegagalan menerapkan buah-buah ROH KUDUS (Efesus 4:32). Yesus menginginkan kita menjadi pribadi/murid yang ramah.

Ramah adalah sikap murid dan harus terus berbuah di lingkungan rumah, kantor dan masyarakat. Spirit ramah kepada semua orang akan mendatangkan kebahagiaan. Rumah yang ramah pasti tenang. Keramahan adalah sifat Kekristusan yang harus dipertahankan. Tuhan mengajarkan agar kita memberikan penghargaan dan rasa hormat terhadap kehadiran orang lain. Orang yang bersikap ramah adalah orang yang mengakui keberadaan orang lain di sekitar dirinya dan menempatkan mereka sebagai sesama yang setara. Keramahan kristiani berawal dan bertumbuh dari kasih karunia BAPA. Mereka yang berhasil mengimplementasikan keramahan dalam hidupnya adalah mereka yang telah menyadari dan menghayati kasih karunia BAPA dalam hidup mereka. Keramahtamahan bisa mengubah orang asing menjadi teman, bahkan yang tadinya musuh sekalipun. Keramahtamahan bisa menjadi penghangat bagi kesendirian atau kesepian. Keramahtamahan bisa membuat kita merasakan tingkat pertemanan yang jauh lebih dalam dari yang kita pikirkan. Keramahtamahan merupakan kesempatan untuk berbagi. Keramahtamahan bisa menjadi awal bagi kesembuhan dan pemulihan.

Kita diciptakan sebagai mahluk sosial dan rohani seharusnya saling berinteraksi, saling dukung, saling mengingatkan dan saling membangun untuk bisa menapak ke jenjang kehidupan yang lebih baik. Dibutuhkan sebuah keputusan untuk mulai berpikir untuk mengasihi orang lain, dan itu bisa dimulai dengan menerapkan sikap ramah tamah kepada orang lain.

Salam ramah

Tonny Mulia Hutabarat

25 Januari 2021