DUDUK DI TAHTA MAHATINGGI

LD Tonny Mulia Hutabarat
Kamis, 9 Mei 2024

DUDUK DI TAHTA MAHATINGGI

Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, DUDUK DI SEBELAH KANAN ALLAH. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah … Kolose 3:1-3

  1. Kursi Kehormatan

Yesus duduk di kursi kehormatan tertinggi . Kristus mendapat perkenanan tertinggi di hadapan Bapa, dengan segala kepenuhan sukacita, kemuliaan, dan kuasa atas segala sesuatu di surga dan di bumi (bdk Mat 26, 64, Markus: 14L62, Lukas 22:69). Ditempat yang mahatinggi Kristus dilayani, dipuji, dan disembah, oleh manusia dan malaikat. Dalam ibadah harian atau mingguan fokuskan pikiranmu pada hal-hal yang di atas, bukan pada hal-hal yang ada di bumi. (Kolose 3:1-2)

  1. Tempat Penghakiman

Yesus duduk di surga, sebagai kursi penghakiman bagi seluruh dunia dan sejarahnya. Ketika Dia duduk untuk penobatanNya sebagai penguasa dan hakim, dengan segala otoritas menjadi milikNya ( Matius 28:18 ). Dari takhta ini, DIA berbicara, dan mengajar gerejaNya. Dan dari takhta-Nya, Ia memerintah bangsa-bangsa dengan seluruh kedaulatan ilahiNya. Segala sesuatu dimediasi melalui DIA.

Kristus duduk jauh di atas segalanya untuk memerintah, membangun dan melindungi gereja-Nya (Efesus 1:20-23). Kristus bertakhta, berdaulat. sebagai kepala atas alam semesta. Dan dari takhtaNya berunding dan menghakimi. Takhta surga sebagai kursi penghakiman untuk memperbaiki setiap kesalahan dan mengganjar.

  1. Tempat Pengampunan Orang Berdosa yang Bertobat

Yesus duduk di surga untuk “bersyafaat” bagi umat-Nya. Setelah menyelesaikan pekerjaan penebusan dan melakukan penyucian dosa, dia menjadikan takhta Tuhan di sorga sebagai tutup pendamaian.

Berdasarkan ketentuan perjanjian lama, “tutup pendamaian” adalah bagian atas tabut perjanjian, melambangkan tempat di mana TUHAN yang tidak kelihatan duduk, untuk memberikan belas kasihan kepada umat-Nya yang berdosa. Hanya imam besar yang boleh masuk ke Tempat Mahakudus dan mendekati tutup pendamaian, dan hanya setahun sekali, untuk melakukan pendamaian, berdasarkan ketetapan TUHAN, bagi dirinya sendiri dan bagi dosa-dosa umatnya.

Kini, berdasarkan perjanjian Kristus yang baru , tutup pendamaian kita adalah “takhta TUHAN” di surga yang kepadaNya kita dapat mendekat dengan penuh keyakinan, pada saat dibutuhkan, untuk menerima belas kasihan dan menemukan kasih karunia (Ibrani 4:16) — karena Yesus , duduk di sana, menjadi perantara bagi kita.

Ketika kita sendiri berusaha menjadi perantara atas nama orang lain dalam doa, kita melakukannya dalam nama Yesus , bukan nama kita sendiri. Namun perantaraan khusus yang Yesus lakukan bagi umat-Nya, kepada Bapa, adalah sesuatu yang unik. Yesus menjadi perantara dalam nama-Nya sendiri . Dia sendiri adalah satu-satunya mediator antara TUHAN dan manusia (1 Timotius 2:5) dan perantaraan-Nya bagi kita bukanlah permintaan atas nama kita berdasarkan karya perantaraan dan kebaikan orang lain. Yesus sendiri adalah perantaranya. Maka Ibrani 7:25 menyatakan “Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka”

Bagaimana Kristus Menjadi Mendiator (Pensyafaat)

Dengan setiap nafas-Nya, dengan setiap detak jantung ciptaan baru-Nya yang tidak dapat dihancurkan, Yesus adalah penghubung kita yang hidup dan tidak terpisahkan dengan TUHAN. Kita tidak boleh membayangkan Kristus di surga sebagai perantara kita, berlutut, memohon-mohon kepada Bapa, “Tolong, jangan hancurkan mereka, aku mohon padamu.” Tidak, DIA hidup untuk menjadi perantara bagi umat-Nya.

Bagaimana dia melakukannya? DIA hidup. Jika kita adalah milik-Nya, dan Ia hidup, maka kehidupan-Nya, nafas-Nya, detak jantung manusia-Nya yang telah dimuliakan, menjadi perantara bagi semua orang yang bersatu dengan-Nya dalam iman, memberikan mereka akses kepada tutup pendamaian-Nya di surga.

Duduk di surga, Yesus tidak cemas atau ragu-ragu. DIA tidak tergesa-gesa mengelilingi ruang takhta surga, melakukan penyelamatan pada menit-menit terakhir. DIA hidup. DIA duduk di singgasana surga, aman dan benar-benar stabil, dalam keseimbangan dan ketenangan surgawi yang sempurna, menjadi perantara bagi umat-Nya , dan sebagai Tuhan Yang Mahakuasa melalui hidup dan nafas-Nya.