Doa Hana (3)

1 Samuel 2:1-10

Ibu Hana berhadap-hadapan dengan TUHAN menyatakan permohonan, permintaan, doa dan ucapan syukur. Persekutuannya yang erat dengan TUHAN membuahkan pemahaman iman yang theologies. Ia memperoleh pengetahuan tentang sifat-sifat TUHAN. Dalam perikop 1 Samuel 2:1-10 diperoleh gambaran sifat-sifat TUHAN antara lain:

  1. Kudus (ay 2), tidak ada yang lain selain Dia. Tidak ada banding dan taranya. Di hadapan Tuhan yang seperti ini saya memahami bahwa status saya sangat kecil dan tidak berarti. Dibandingkan dengan kekudusanNya, saya melihat betapa liciknya, berdosanya diriku yang selalu mengharapkan pengudusannya atas seluruh pribadiku. Kerap kali pikiranku tak sepaham denganNya. Saya menjadi merasa malu dan merasa jijik dan tak layak dihadapanNya. Semoga saya semakin sensitif akan dosa-dosa di dalam jalan hidupku sehingga tahu untuk menghindarkan diri jebakan kejahatan yang paling halus. Biarlah hatiku menjadi terang di dalam Cahaya kekudusanNya yang menyingkirkan segala sisi gelap di hatiku dan pikiranku yang tak dapat diselami orang lain kecuali Tuhan.

  2. Tidak ada dua Tuhan (ay 2), hanya ada satu Tuhan (sebagaimana konsep Yahudi tentang monotheisme). Prinsip tidak menduakan Tuhan dalam proses hidup ini menjadi suatu tantangan tersendiri antara mengutamakan keluarga atau pelayanan Tuhan. Saya harus berkomitmen bahwa Tuhan di atas segalanya. Tuhan tidak dapat dinomorduakan sekalipun untuk alasan yang sangat rohani untuk keluarga atau kegiatan rohani itu sendiri. Tema Monothesime ini sangat ditonjolkan penulis Kitab Samuel sebagai perjuangan pemurnian konsep yang lebih murni. Ada kekhawatiran menjamurnya konsep politeisme, penyembahan berhala di Kanaan yang dapat membahayakan iman orang-orang Israel khususnya anak-anak muda. Sebagaimana perjuangan Kristen saat ini untuk berdiri teguh dalam keyakinan The Only Jesus, The One Way diantara pluralitas agama-agama dan keyakinan di Indonesia. Mau kompromi atau konsisten, mau toleransi atau ekskusif. Kita hanya berpaut pada konsep iman “Hanya Satu Jalan”.

  3. Gunung batu (ay 2), Tuhan dinyatakan besar dan tak tergoyahkan yang menjadi tempat perlindungan yang nyaman. Hana sebagai seorang istri/wanita yang diduakan akan sangat rapuh dan rintih, maka ia berlari sandar (berbantalkan) kepada Tuhan Yang Tak Tergoyahkan.

    Apakah diriku akan menyandarkan diri kepada gunung materialisme, gunung fasilitas atau gunung kekuasaan? Oh Tuhan kiranya saya berdiam dekat dengan Tuhan sendiri yang adalah Gunung Batu Yang Abadi. Dunia kehidupan ini sangat rapuh biarlah imanku tetap teguh di atas GUNUNG BATU KARANG yaitu Tuhan Yesus.
  1. Mahatahu (ay 3) Sebagai seorang ibu yang bersahaja dapat mempercayakan hidupnya yang memiliki pengetahuan super atas segala sesuatu. Semua hal secara detail Tuhan mengetahui. Kepada Tuhan yang seperti itulah Hana menyandarkan segala kepicikan hidupnya.

    Saya tidak tahu persis masa depanku, kepadaNya kupertaruhkan waktu di depanku. Sebagaimana aku tidak menaruh curiga kepada pilot pesawat terbang yang membawaku dari suatu tempat ke tempat lain. Biarlah aku nyaman kepada Pilot Yang Mahatahu segala hal yang akan membawaku berjalan-jalan di atas bumi sampai titik akhir ke sorga. Saya tidak tahu posisi sorga, gak tahu di derajat lintang selatan atau barat titik koordinatnya. Saya tidak perlu tahu dimana letak sorga, yang saya tahu bahwa saya akan dibawaNya ke sana tepat pada waktuNya. Ia tahu pergumulanku, Ia tahu sampai berapa lama saya melayani di bumi ini.
  1. Yang empunya bumi (ay 8). Bumi ini adalah tempat kita “mengontrak”. Tuhan meminjamkan bumi ini kepada kita. Dan kita menikmati pemberian tempat sementara ini. Tanah yang kita injak adalah milik Tuhan, bukan milik setan atau manusia. Tanah (bumi) ini diberikan kepada kita walau kita harus membeli sebidang tanah pada masa kini (2021) dengan harga yang sangat mahal sebagai suatu jaminan pinjaman dari sorga sebagai bentuk pertanggungjawaban untuk memelihara bumi. Suatu kelak semua hak milik atas tanah (bumi) akan ditarikNya kembali dan kita semua memberi laporan pertanggungajawaban atas penggunaannya. Sudah kah kita siap? Sebagaimana Hana yang mengembalikan Samuel anaknya yang masih berumur dua tahun kepada Pemilik Yang Sejati.

    Sejak kami menikah sudah berjanji akan mempersembahkan semua anak-anak yang diberikanNya menjadi alat dan dupa yang harum bagi Tuhan, agar dipakaiNya sebagai alatNya, dutaNya, agentNya bagi perluasan kerajaan sorga di bumi. Harapan besar kami mereka akan menjadi penginjil, pendeta, misionaris, theolog, gembala, atau dalam profesi mereka tetap dipakaiNya menjadi alat yang efektif ditanganNya sebagai duta-duta Injil.
  1. Dia adalah Hukum dan Hakim Agung (ay 10). Hana mendapatkan pencerahan bahwa Tuhan adalah Hakim Agung yang selalu bersedia membela perkaranya. Tuhan di sorga tak akan dapat berdiam diri melihat “kesusahan” anak-anakNya. Ia akan segera mengadili dan memutuskan perkara dengan hasil yang gemilang.

Tekunlah berdoa untuk mengenal TUHAN!

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
11 Oktober 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *