Doa Hana (1)

(1 Samuel 2:1-10)

Doa sebagai suatu proklamasi pujian untuk mengagungkan kekuasaan, kehebatan, keajaiban TUHAN yang telah mengubah kehidupan manusia dari keadaan buruk menjadi baik. Dengan demikian, mereka yang hidup menderita dapat tertolong.

Hana berdoa kepada Tuhan, ia memuji, mengagungkan sebab telah menolongnya memberikan sukacita besar, menguatkannya, memberikan jawaban dari apa yang telah digumulkannya sehingga ia berkata di dalam doanya: “Hatiku bersukaria karena Tuhan,”. Dari ayat 1 ini kita peroleh makna doa yaitu mengasilkan sukacita yang besar.

Doa menghasilkan tindakan yang tidak membabi buta membalas perbuatan orang lain yang menyakitkan (tekanan Penina). Hana tidak melakukan perlawanan, tetapi datang kepada Tuhan, berserah kepada Tuhan, berseru di dalam doanya agar diberikan ketenangan dari Tuhan untuk menahan diri agar tidak bertindak ceroboh. Ia memohon kepada Tuhan agar diberi seorang anak laki-laki bahkan ia pun bernazar akan memberikan anak itu kepada Tuhan nantinya jika Tuhan mengabulkan permintaannya itu, (1 Samuel 1:10, 11).

Kekudusan Tuhan yang membedakanNya dengan manusia, Dia bersifat transenden. Transendensi tersebut adalah dari segi tingkatan dan bukan dari jarak. Tidak ada gunung batu seperti TUHAN kita. Gunung batu merupakan metafora yang sering dipakai untuk mengungkapkan kekuatan Tuhan. Gunung batu dipakai sebagai tempat pertahanan. Kekuatan TUHAN merupakan tempat perlindungan (Maz 91: 1, 2). Pada ayat 2 “tidak ada yang kudus seperti Tuhan” adalah deklarasi deskripsi pujiannya tentang Tuhan yang tak tertandingi sekaligus tempat persandarannya.

Hana mengungkapkan bahwa; jangan kamu selalu berkata sombong dan caci maki. Doa yang benar akan mampu melihat diri yang penuh sombong dan congkak. TUHAN Mahatahu segala apa yang terjadi, segala perkara, semua permasalahan. Di dalam doa menyadarkan sisi gelap hati kita: pemberontak, penantang. Doa Hana telah mengajarkan tentang sakit hati namun dapat menahan emosi dari cemoohan sesame (ayat 3).

Busur para pahlawan telah patah, (Ayat 4) merupakan bahasa kiasan. Kata patah untuk menunjuk sifat lahiriah kejatuhan manusia dosa. Tuhan adalah Imanuel, akan memutarbalikkan yang patah patah, lemah menjadi kuat.

“Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana”, (ayat 6) sekalipun ayat ini mengacu kepada kebangkitan orang mati, pada umumya ayat ini dipahami sebagai mengemukakan bahwa masalah hidup dan mati ada ditangan Tuhan. Hana mengungkapkan kemahakuasaan TUHAN yang berkuasa di dalam kematian dan kebangkitan. Ironinya, pendoa Kristen masa kini takut hidup dan takut juga mati.

Tempat pembuangan sampah dari sebuah kota adalah tempat dimana para pengemis tidur pada malam hari dan meminta sedekah pada siang harinya. Ayat ayat 7 menunjukkan bagaimana Tuhan memperlakukan orang yang lemah dan berkekurangan. Sebagaimana halnya seorang hakim secara resmi terikat dinas untuk memberikan keputusan yang menguntungkan seorang janda, anak yatim-piatu, orang asing dan orang yang miskin demikian pula TUHAN, Hakim Ilahi, mengambil keputusan yang menguntungkan manusia yang tidak berdaya (MZm. 43:1; Yes.11:3, 4). Jadi, Keadilan TUHAN menjadi kata lain dari keselamatan (Yes. 46:13; 51:4-8). Hana dalam pujiannya mengetahui benar TUHAN yang Mahatahu. Ayat 8 frasa “dari dalam debu….dari lumpur” ia ditegakkan, diangkat, didudukkan terhormat.

Hana mengungkapkan pribadi TUHAN yang setia, digambarkan seperti layaknya kasih/kesetiaan pada sebuah persetujuan (perjanjian materai). Contoh terbaik di dalam kehidupan manusia tentang kesetiaan ialah ikrar pernikahan- kesetiaan dan kasih. TUHAN memelihara, menopang, menguatkan orang-orang yang dikasihi-Nya, Ia setia dan tidak akan pernah meninggalkannya. Ayat 9 frasa “Orang-orang yang dikasihi-Nya” pasti dilindungiNya darikebinasaan.

Ungkapan pertama di dalam Perjanjian Lama yang menyebut raja sebagai yang diurapi Tuhan (ay 10). Meskipun pada saat itu bangsa Israel belum mempunyai raja, doa Hana ini merupakan petunjuk bahwa kelak TUHAN akan memilih seorang raja yang memerintah atas mereka, dan mengurapinya serta memberikan kekuatan. TUHAN tetap satu-satunya yang menjadi Raja di atas segala raja, seperti Yesus yang telah memerintah atas hidup kita. (ayat 10 raja… yang diurapi-Nya)

Pribadi Hana merupakan pribadi yang tegar meskipun bertahun-tahun disakiti secara batin ia tidak membalas justru berharap kepada Tuhan agar ia tidak disakiti hatinya. Berdoa adalah tindakan bercakap-cakap dengan “mesra” kepada TUHAN, sehingga sakit hati tidak diledakkan dengan marah yang mendatangkan dosa (yang tidak mengerjakan yang benar di hadapanNya). Mari berserah penuh kepada TUHAN.

Salam tekun berdoa (berdialog) dengan TUHAN di setiap “musim” kehidupan.

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
6 Oktober 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *