DOA, DOA, DOA

LD Tonny Mulia Hutabarat
Selasa, Mei 14 2024

DOA, DOA, DOA — Daniel 6:11-12

Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; TIGA KALI sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. Lalu orang-orang itu bergegas-gegas masuk dan mendapati Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya. (Danel 6:11-12)

Daniel “sadar” bahwa larangan beribadah ditandatangani menjadi undang-undang. Responnya adalah berdoa dengan membuka jendela menghadap Yerusalem, menyiratkan bahwa Daniel sedang memperlihatkan doanya kepada Tuhannya di depan umum. Ini menunjukkan bahwa dia melanggar perintah yang pantas dilakukan Daniel karena ini adalah kesempatan di mana dia melakukan pembangkangan sipil yang bertentangan dengan hukum Tuhannya.

Respon terhadap larangan beribadah justru “terus menerus berlutut” dan “terus menerus bersyukur dan memuji”. Eksekusi mati terhadap larangan beribadah dihadapi dengan menghadap TUHAN YANG MAHA KUASA. Di tengah situasi yang mengancam nyawa tetap setia memuji Tuhan. Dia memuji Tuhan intens tiga kali sehari sebelum larangan menjadi undang-undang.

Tiga kali dalam sehari dia mengucapkan syukur kepada Tuhannya meskipun faktanya undang-undang negara mengharuskan dia dihukum mati karena melakukan hal tersebut. Doa yang intens menjadi ciri khasnya. Di tengahan ancaman mati karena larangan beribadah justru Daniel mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Tuhan.

Daniel memberikan teladan yang sangat baik bagi umat Kristiani ketika hukum pemerintah bertentangan dengan hukum TUHAN. Daniel lebih memilih menaati Tuhan dan menyembah Tuhannya dalam doa daripada menaati hukum pemerintah yang melarangnya melakukan hal tersebut selama tiga puluh hari.

Umat Kristen diperintahkan untuk menaati Tuhan (Ulangan 13:4; Yeremia 7:23; Yohanes 14:15) dan juga diminta untuk menaati otoritas pemerintahan (Roma 13:1-7; 1 Petrus 2:13- 17; Titus 3:1). Namun, pembangkangan sipil menjadi masalah bagi orang Kristen ketika kedua klaim terhadap orang Kristen ini bertentangan, artinya ketika Tuhan memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu seperti mewartakan Injil dan mengajarkan Firman Tuhan dan otoritas sipil melarang hal ini. Solusi terhadap konflik ini adalah orang Kristen harus menaati Tuhan (perhatikan Kisah Para Rasul 5:27-32).

Daniel menanggapi ancaman terhadap hidupnya dan konspirasi yang dilancarkan terhadapnya dengan menyembah Tuhannya dalam doa. Dia adalah seorang pria sejati yang berciri doa (kebiasaannya). Ia disiplin dalamdoa sebagai gaya hidupnya. Doa adalah prioritasnya, bukan pilihan terakhir.

Daniel menentang Darius sekalipun ia salah satu tangan kanannya. Daniel menomorsatukan Tuhan. Daniel mempunyai waktu untuk berdoa meskipun dia adalah orang yang sangat sibuk dan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pemerintahan Darius. Keberhasilannya sebagai pejabat tinggi dikaitkan langsung dengan kehidupan doanya. Dia tidak pernah lupa bahwa Tuhan telah memberinya kesuksesan sebagai administrator di Kerajaan Media-Persia dan juga Kerajaan Babilonia.

Menariknya, Daniel berdoa sambil berlutut, yang mengungkapkan kerendahan hati dan ketundukannya pada kehendak Tuhan. Kitab Suci tidak mengharuskan berlutut saat berdoa tetapi Kitab Suci mencatat individu-individu berlutut sambil berdoa pada saat-saat sulit seperti saat Tuhan Yesus Kristus di Taman Getsemani.

Daniel juga berdoa tiga kali sehati sambil menghadap Yerusalem (bdk 1 Raja-raja 8:44, 48; 2 Tawarikh 6:29, 34, 38). Daniel berdoa sambil menghadap Yerusalem menunjukkan imannya akan janji bahwa TUHAN akan menjawab doa orang-orang Yahudi yang diasingkan ketika mereka berdoa ke arah Bait Suci di Yerusalem.

Daniel berdoa membuka jendela menunjukkan bahwa ia tidak malu dan tidak takut jika ada yang melihatnya berdoa dan melaporkannya kepada pejabat pemerintah. Ancaman kematian atas larangan beribadah diresponi Daniel berdoa intens dengan mengucap syukur dan menyembah Tuhan.