Ayub 14: 1 – 22

Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati, melindungi aku, sampai murka-Mu surut; dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula ! (14:13)

Bila anda pernah ke rumah duka, seakan jiwa larut dalam kesedihan dan air mata. Ketukan palu terakhir untuk menutup peti yang paling menyayat hati. Berpisah selamanya dengan kekasih jiwa. Kita pun akan membayangkan giliran “keberangkatan” ke alam baka. Kebaktian diwarnai dengan lagu syahdu dan amanah khotbah diperdengarkan bahwa di seberang sana adalah tempat yang lebih baik dari pada di dunia ini. SorgaNya adalah terminal terakhir hidup tanpa kematian yang tak habis-habisnya. Kita disembunyikan di dunia orang mati sebagai jalur menuju kebahagiaan kekal.

Ketika manusia menolak kematian, kematian pasti datang. Kodrat manusia tidak hanya hidup, tetapi ia harus mati. Meskipun kematian tidak disukai lebih dari hidup, kematian juga dalam rencana Tuhan. Sesungguhnya kita sedang mengejar dead line kematian.

Masyarakat Timur menganggap kematian adalah suatu “kutukan”. Namun tak dapat dihindari. Manusia mati adalah karena dosa yang digariskan sejak pelanggaran pertama di taman Eden. Berita baiknya bahwa track kematian adalah jalan menuju kepada alam kehidupan di seberang alam semesta.

Ayub menggeliat kesakitan. Dalam jeritannya ia memandang kematian sebagai suatu kekuatan dari Yang Maha Kudus. Pada 14:31, Ayub menyatakan bahwa ada karya Tuhan bagi rencana kematian anak manusia. Manusia akan dibawa ke sheol. Ia diberi anugerah khusus untuk disimpan di alam kematian. Memang mengerikan. Namun Tuhan melindunginya dari kuasa maut. Mereka yang mati pun masih tetap diingatNya. Mereka berada dalam hidupNya. Mereka bersama2 dengan Tuhan di alam kematian.

Kematian tidak datang tiba2 sebab sebenarnya Tuhan sudah menetapkan tanggalnya (14:13, menetapkan waktu bagiku ). Tidak ada yang mati mendadak bagiNya sekalipun cara matinya seseorang sangat mengenaskan.

Menurut Ayub bahwa kematian akan mempersingkat umur (14:1). Mereka yang masih hidup menginginkan usia panjang namun justru menggelisahkan bila ia sudah renta tak berdaya. Tuhan memandang bahwa para sepuh wajib diistirahatkan untuk menikmati upahnya (14:6).

Di dalam kematian mereka tak berdaya, mereka mencium kebinasaan, layu dan kering dan tak bangun dari tidurnya (14: 12).

Mereka yang mati akan selalu diingat Tuhan:

  1. Mereka dipanggilNya, dirindukanNya (14:15) di alam sana mereka masih berkomunikasi dengan Tuhan. Percakapan abadi, muka dengan muka di sorga.
  2. Langkah-langkah hidupnya dihitungNya dan dosa2nya tidak diperhatikanNya (14:16). Tuhan mengawasi setiap langkah hidup sebelum masuk dalam kematian. Ia tahu berapa langkah yang sudah kita tempuh. Ajaib pengawasanNya. Mereka yang meninggal dosa2nya di tutupiNya (14:17). Mereka menjadi bersih dan suci di sorga mulia.
  3. Berita kematian seperti gunung yang runtuh yang melenyapkan harapan2nya (14;19). Namun ia akan memperoleh harapan yang lebih mulia di sorga.
  4. Kematian adalah bagian dari karya Tuhan yang menggagahinya (menguasainya), mengubah wajah dan menyuruh pergi ke alam baka (14:20). Kematian menjadi alat efektif melalui kuasaNya akan mengubah tubuh fana menjadi tubuh kemuliaan dalam sekejap.
  5. Keturunannya tidak disadarinya entah mulia atau dihina (14:21). Tuhan akan memelihara dan menjaga. Tuhan menyimpan mereka yang mati di dalam sorga mulia.

Kristus pernah mati dan masuk ke alam maut. Ia sengaja mati untuk menjemput dan membawa mereka ke rumah Bapa. Di sorga mereka akan disimpan selamannya.

Kristus berjuang mati-matian sampai di ujung salib. apakah aku juga sanggup meniru teladan Yesus-ku untuk mencurahkan seluruh tubuh, tenaga, talenta, hanya untuk TUHAN.

Sanggupkan aku ya Tuhan mati-matian untuk melayaniMu sebelum aku masuk di alam kematianku.

Salam disimpanNya.

Tonny Mulia Hutabarat
26 Juli 2021