Minggu, 28 Maret 2021 – Ev. Tonny Mulia Hutabarat
Orang Yunani kuno mengartikan kelemahlembutan (prautes) sebagai “kebajikan”, “sikap merendahkan hati”, “ketundukan total” kepada Tuhan. Sedangkan Orang Ibrani mengartikannya pikiran lembut yang mencitrakan kesucian/kekudusan terkhusus sanggup bertahan dalam keadaan kesalehan/kekudusan tatkala menderita.
Karakteristik ketiga yang Yesus sebutkan dalam ajaran-Nya pada Khotbah di Bukit di Matius 5:5. Orang yang lemah lembut akan disukai sehingga mereka memiliki warisan Yesus di bumi. Yesus menghubungkan kelemahlembutan dengan kerajaan sorga yang real di bumi. Watak kelembutan adalah perilaku saleh terhadap Tuhan dan manusia adalah buah aktif dari “miskin dihadapan Tuhan dan “dukacita” atas dosa.
Kelemahlembutan berkaitan erat dengan kerendahan hati (Matius 11:29). DIA tidak kasar, tidak sombong dan tidak menindas, tetapi lembut dalam pemerintahan-Nya. DIAmemberi contoh yang agung di Lukas 22;50-51. Tentara yang diputuskan telinganya oleh murid-Nya malah disembuhkan-Nya. IAtidak memerintah musuh-Nya dengan kekerasan tetapi kebajikan yang lembut.
Kelemahlembutan bukan berarti “lembek” malah “keras seperti baja*. Musa pria paling lembut pada masanya namun tidak ragu-ragu untuk memerintah eksekusi sekitar tiga ribu penyembah berhala yang menyembah anak lembu emas (Keluaran 32:25-28). Termasuk Yesus memberikan contoh yang jelas tentang pola reaksi ini. Dia membuat cambuk dari tali, dan dengan energi yang keras dan kuat, membalikkan meja dan mengusir ternak, penjual dan penukar uang dari kompleks bait suci karena mereka telah mengubah rumah Tuhan menjadi sarang penyamun.
Matthew Henry menulis, “Orang yang lemah lembut adalah mereka yang diam-diam berserah diri kepada Tuhan, pada firman-Nya dan pada tongkat-Nya, yang mengikuti arahan-Nya, dan mematuhi rancangan-Nya, dan lembut terhadap semua orang”. Kelembutan hati adalah kita menjadi lentur, dapat ditempa, tunduk dan dapat diajar. Istilah Perjanjian Baru mengkondisikannya “seperti anak kecil” yang mudah dibentuk dan diajar.
Tuhan mendisiplinkan setiap anak yang Dia kasihi (Ibrani 12: 6), dan terkadang disiplin itu sangat sulit untuk ditanggung. Kita memiliki dorongan yang kuat untuk melarikan diri, menggerutu, dan seterusnya. Tanggapan Harun terhadap eksekusi Tuhan atas kedua putranya adalah sebuah contoh (lih. Harun hanya diam menerima kehendak Tuhan (Imamat 10:1-3). Pil pahit yang mengejutkan untuk ditelan, tetapi Harun meminumnya dengan lemah lembut sehingga dia bertumbuh.
Orang hidup dalam roh kelemahlembuatan akan menikmati buahnya, antara lain:
- Lepas dari hari kemurkaan-Nya (Zefanya 2:3)
- Hidupnya dikenyangkan {puas/bahagia} (Mazmur 22:26)
- Tuhan menegakkan kehidupannya (Mazmur 147:6).
- Bertambah sukarianya (Yesaya 29:19) [catatan: kata sengsara (Ibrani ‘anaw (meek=lembut hati)
- Mewarisi bumi (Matius 5:5)
- Dihargai TUHAN (1 Petrus 3:4)