1 Petrus 3:13-22
Penderitaan adalah hal yang selalu dihindari dan ditakuti. Banyak penafsir Alkitab, melihat penderitaan sebagai akibat dari dosa, yang melahirkan sebuah kecenderungan pilihan hidup manusia, yang bertentangan dengan apa yang diinginkan Allah atau yang telah menjadi rancangan-Nya.
Petrus dalam bagian perikop ini, memberikan nasihat praktisnya tentang bagaimana keniscayaan penderitaan yang akan terjadi di dalam hidup. Konteks jemaat pada waktu itu sedang mengalami penganiayaan yang hebat dan intimidasi dari orang-orang sekitar, karena iman mereka kepada Yesus Kristus. Petrus memfokuskan bahwa setiap orang yang beriman kepada Kristus, akan mengalami penderitaan, penganiayaan serta menerima hal yang jahat.
Oleh karena itu, Petrus menyarankan untuk berfokus berpengharapan kepada Kristus (ay.15) sebagai kebenaran dan berperangai baik (lembut, penuh hormat, hati nurani yang murni, ay.16), untuk menjadikan alasan untuk membenci atau menyakiti. Dengan kedua sikap itu, maka orang Kristen yang tersebar (diaspora) ini, akan fokus menderita karena Kristus, bukan karena sesuatu hal yang jahat atau pilihan yang salah karena tidak mengenal kebenaran (yakni, Kristus itu sendiri). Pada ayat 18-22, diceritakan bagaimana Allah hadir di dalam penderitaan yang dialami oleh Kristus itu sendiri. Penderitaan di dalam Kristus inilah yang harus menjadi kekuatan dan semangat, untum menjalani penderitaan dengan penuh kesabaran dan kesetiaan.
Mari kita imani, penderitaan di dalam Kristus adalah harga yang harus kita bayar, sebuah keniscayaan, tetapi kita tidak akan sendiri menghadapinya. Karena, Allah akan hadir menopang dan Roh Kudus menolong kita, memberikan hikmat dalam memilih tindakan serta respons.
Sdr. Asidoro Sabar Parsaulian Pasaribu
28 September 2021