Ayub 36:1- 33

… menyuruh mereka berbalik dari kejahatan (ayub 36:10)

Apa kejahatan itu? Umumnya dimengerti sebagai tindakan amoral, misalnya, merampok, membunuh, mencuri, merampas, menindas orang tak bersalah. Daftar terdahulu adalah dosa perbuatan yang terlihat. Namun ada juga pengertian perbuatan kejahatan yang tidak terlihat yaitu motif dan motivasinya antara lain benci, marah, dendam, iri, tamak, kecewa, sombong, tinggi hati, congkak.

Kata kejahatan yang dipakai dalam ayat 10 ini adalah ‘awen‘ , artinya dosa penyembahan berhala. Penyembahan berhala adalah suatu kejahatan terbesar di hadapan Tuhan. Penyembahan berhala adalah kejijikan bagi Tuhan. Problem pelik di mata Tuhan. Ketidakmauan, keengganan menyembah Tuhan adalah kejahatan besar di mataNya. Penyembah berhala bukan soal sekedar membuat patung2 sembahan, tetapi kesengajaan tidak beribadah kepada Tuhan. DIA adalah Tuhan yang cemburu. Maka penyembahan berhala membuat DIA sangat jealous dan kemarahan besar padaNya. Bila penyembahan berhala tidak dihentikan dari hatinya maka ia akan melakukan kejahatan2 (action) yang terlihat.

Penyembahan berhala tak dapat berhadapan dengan keperkasaanNya (ay 5). Bila peringatanNya tidak didengarkan, mereka akan dibinasakan dalam kebebalannya (ay 6). Hidup mereka akan dipersingkat (ay 12-14).

Tuhan menempuh jalan sengsara untuk menyelamatkan mereka. Bahkan Ia membiarkan diriNya ditindas untuk membuka telinga mereka agar berbalik kepada DIA (ay 15). Ia menjadi seperti pembujuk hati untuk mengeluarkannya dari kesesakan.

Ayub dan Elihu meminta dan memanggil mereka agar berpaling dari kejahatannya ( penyembahan berhala). Dan kemudian menata diri dalam kebenaran. Mereka yang terjebak dalam penyembahan berhala akan dicobai oleh sengsara agar mereka sadar dan kembali kepada Tuhan. (ay 21)

Mereka yang datang kepada Tuhan akan memperoleh banyak pengenalan akan Tuhan dan menjunjung kemuliaanNya dan kekuasaan-Nya (ay 22, 24). Mereka akan menyadari bahwa Dia yang mengatur jalan hidup manusia (ay 23). Tuhan akan menjadi guru bagi mereka. DIA akan memperkenalkan (mengajar) diriNya kepada anak2Nya yang kembali kepadaNya.

Ayub memperbandingkan kebesaranNya, keperkasaanNya dengan kekerdilan benda2 berhala. Ayub dan Elihu mengajarkan bahwa:

  1. Keperkasaan Tuhan sangat besar dapat dilihat dari jauh (ay 25) dan Tingginya sangat besar, tak terbatas, tak terukur, tidak tercapai oleh pengetahuan manusia, jumlah tahun-Nya tidak dapat diselidiki (mahakekal) (ay 25-26). Sementara berhala adalah buatan tangan manusia, benda mati, kecil, hanya debu.
  2. Keperkasaan Tuhan mampu menata air di atas awan, kemudian ditentukanNya sebagian untuk turun menjadi hujan, dan energi listrik yang besar di angkasa dijadikannya berpadu untuk mengatur iklim bumi (ay 27-29). Sementara dewa-dewa berhala tak bisa, tak berdaya berdaya dari terpaan hujan dan petir.
  3. Keperkasaan Tuhan dapat menciptakan terang tanpa benda2 penerang dan mengatur gelap dan siang melalui adanya benda penerang. Tuhan mampu menata dan memisahkan antara gelap dengan terang. Ia juga menudungi (menjaga) dasar lautan untuk keperluan hayati bumi (ay 30). Sementara pujaan berhala hanya diam (mati) tak bisa berbuat sesuatu bagi manusia.
  4. Keperkasaan Tuhan dapat mengadili bangsa-bangsa sekaligus bahkan dapat memberi makan dengan berlimpah-limpah (ay 31). Sementara dewa2 berhala diberi makan sesaji agar ia tidak kelaparan.
  5. Keperkasaan Tangan bagaikan cahaya dan energi kilat petir (ayat 32). Kuasanya dapat menghidupkan dan mematikan.

Setiap orang di muka bumi ini harus meninggalkan pujaan berhalanya. Apa berhala modern (2021) yang harus ditinggalkannya? Bisa patung2, jimat2, kuasa gelap, benda2 yang dikeramatkan dll, dan segala sesuatu yang mengikat diri manusia lebih dari Tuhan. Segala sesuatu yang dicinta lebih dari Tuhan.

Tuhan memanggil semua orang untuk datang kepada DIA saja, satu-satunya pusat penyembahan yang benar. Anak2 Tuhan senantiasa menjunjung tinggi perbuatan-Nya, dan ia merayakanNya dengan puji-pujian (dinyanyikan) [ay 24]

Salam menyembahNya, hanya Tuhan Yesus.

Tonny Mulia Hutabarat
15 September 2021