Benih Kerajaan Sorga Ditaburkan

LD Tonny Mulia Hutabarat
Minggu, 16 Juni 2024

Benih Kerajaan Sorga Ditaburkan … Markus 4:26-29

Tuhan Yesus menceritakan tentang seseorang yang menebarkan benih di tanah dan kemudian membiarkan alam mengambil jalannya. Ketika orang yang menabur benih menjalankan pekerjaannya hari demi hari, benih itu mulai memberikan pengaruh. Benih itu bertunas; kemudian menghasilkan tangkai dan daun, kemudian bulir biji-bijian, dan, akhirnya, biji-biji yang sudah berkembang sempurna di bulirnya. Yesus menekankan bahwa semua ini terjadi tanpa bantuan manusia. Orang yang menyebarkan benih bahkan tidak dapat sepenuhnya memahami bagaimana hal itu terjadi—ini hanyalah akibat alam. “Dengan sendirinya tanah menghasilkan” (ayat 28).

Perumpamaan itu diakhiri dengan panen. Segera setelah gandum matang, sabit digunakan, dan benih dipanen. Ini terjadi pada waktu yang tepat.

Yesus tidak menjelaskan perumpamaan ini, seperti yang Dia lakukan pada beberapa perumpamaan lainnya. Sebaliknya, Dia menyerahkannya kepada kita untuk memahami maknanya. Menganggap benih sebagai Firman Tuhan, seperti dalam Markus 4:14, kita dapat menafsirkan pertumbuhan tanaman sebagai pekerjaan Firman Tuhan di dalam hati individu. Fakta bahwa tanaman tumbuh tanpa campur tangan petani berarti bahwa Tuhan dapat mencapai tujuan-Nya bahkan ketika kita tidak ada atau tidak menyadari apa yang sedang Dia lakukan. Tujuannya adalah biji-bijian yang sudah matang. Pada waktunya, firman itu akan menghasilkan buahnya, dan Tuhan pemilik tuaian (Lukas 10:2) akan dimuliakan.

Kebenaran perumpamaan ini diilustrasikan dengan baik dalam pertumbuhan gereja mula-mula: “Aku menanam benih, Apolos menyiramnya, tetapi TUHAN yang menumbuhkannya” (1 Korintus 3:6). Sama seperti seorang petani tidak bisa memaksakan tanamannya untuk tumbuh, seorang penginjil juga tidak bisa memaksakan kehidupan atau pertumbuhan rohani pada orang lain.

Untuk meringkas inti dari Perumpamaan Benih yang Tumbuh: “Cara Tuhan menggunakan Firman-Nya di dalam hati seseorang adalah misterius dan sepenuhnya tidak tergantung pada usaha manusia.” Semoga kita setia dalam “menabur benih”, berdoa memohon panen, dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan!