Allah memanggil kita untuk sebuah tujuan kebaikan dan kemuliaan Allah

Eksposisi 2 Petrus 1:3-15

Struktur Perikop:
Allah memberikan kuasa demi sebuah tujuan panggilan-Nya (3-4)
Allah menginisiasi sebuah perlengkapan (5-7)
Allah memberikan tujuan dan bahaya dalam panggilan itu (8-9)
Ajakan dan Peneguhan Petrus untuk jemaat (10-11)
Petrus memberikan contoh apa yang dilakukannya (12-15)

Dalam melakukan sesuatu kita pasti mempunyai motivasi dan tujuan, untuk kepentingan apa kita melakukan sesuatu perbuatan. Dalam melakukan sesuatu tindakan, pasti akan mendatangkan sebuah konsekuensi langsung ataupun konsekuensi tidak langsung. Setiap konsekuensi ini bisa kita perkirakan menurut keterbatasan pemahaman dan pemikiran kita. Ketika kita menghadapi konsekuensi atau akibat yang luput dari apa yang bisa kita perkirakan, ternyata bisa berpengaruh kepada kegagalan kita untuk menyelesaikan seluruh tujuan kita.

Dalam konteks surat 2 Petrus ini, Petrus sudah bisa memperkirakan segala hal yang terjadi mengenai apa saja yang menjadi tantangan dan bahaya di dalam pelayanannya. Akan tetapi, di dalam keterbatasannya, Petrus luput atau tidak menyangka bahwa ada tantangan dan bahaya yang justru hadir di dalam lingkungan pelayanannya sendiri. Bahaya itu adalah hadirnya guru-guru palsu yang justru hadir dari kelompok jemaat itu sendiri, untuk menggantikan berita tentang Yesus Kristus, digantikan dengan kepentingan-kepentingan ritual keagamaan dan segala manfaat yang bisa diperoleh dengan menghadirkan sebuah berita palsu. Oleh karena itu, Petrus memberikan sebuah anjuran dan ajakan dengan memberikan sebuah kekuatan peneguhan, sekaligus memberikan peringatan akan sebuah sikap kewaspadaan terhadap bahaya guru-guru dan nabi-nabi palsu.

Penguatan peneguhan Petrus ini dimulai dengan bagaimana Petrus mengingatkan kembali bahwa Allah telah menyatakan keadilan-Nya (ay.1, Yun: Dikaiosune, artinya kebenaran Allah yang dinyatakan melalui tindakan kasih dan sikap adil, memberikan penebusan dan kehidupan baru). Keadilan Allah tersebutlah yang terus meneguhkan iman yang tertanam di dalam kehidupan orang percaya dan memberikan kesempatan untuk hidup akan pengenalan akan Allah. Petrus menjabarkan peneguhan dan peringatan ini, dengan menekankan bahwa setiap orang percaya telah dipilih dan dipanggil Allah untuk sebuah tujuan kebaikan dan memuliakan Allah.

Petrus menjabarkannya peneguhan dan penguatan serta peringatan ini layaknya sedang berkhotbah di depan jemaat dengan memberikan sebuah alasan keberhargaan untuk meresponi panggilan Allah dalam tujuan memuliakan Allah. Petrus menekankan bahwa semua itu diinisiasi oleh Allah dan kembali kepada Allah dalam pemuliaan-Nya. Penekanan Petrus akan Inisiasi Allah diceritakan pada ayat 3-9, dan semua dijabarkan seperti struktur perikop yang saya berikan di atas. Pada ayat 10-15, Petrus fokus mengajak jemaat untuk menyadari keberhargaan panggilan itu dan memberikan peneguhan melalui contoh kehidupan jatuh bangun, tetapi Allah tetap berinisiasi hadir menolong dan menguatkan secara langsung ataupun melalui suka duka pelayanan yang dialami jemaat.

Lalu apa yang harus kita renungkan bersama, sebagai orang-orang yang telah dipilih dan dipanggil Allah untuk memberitakan Kabar Baik atau berita keselamatan dari Allah? Sudahkah kita menyadari bahwa kita memiliki panggilan yang mulia itu, melalui setiap peran kita sebagai ayah, ibu dan anak? Atau melalui status dan profesi kita sebagai pelajar, pegawai, pengajar, wiraswasta ataupun seorang pensiunan. Bisakah kita terus mengingat bahwa kita mempunyai tugas untuk memberitakan tentang Injil Kristus, supaya seluruh bangsa datang menyembah dan memuliakan Dia (Amanat Agung). Selalu ada tantangan dan bahaya di dalam hal itu. Akan tetapi, Allah yang berinisiasi sejak semula untuk sebuah rancangan-Nya tidak akan tinggal diam, Dia akan menolong kita dan menyempurnakan setiap pemberitaan firman Allah melalui firman Allah secara langsung ataupun melalui sikap dan gaya hidup kita, perkataan dan perbuatan kita untuk sebuah tujuan kebaikan dan kemuliaan Allah.

Mari ingat kembali, siapa kita dan dari mana asal kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah yang dipanggil untuk tujuan kebaikan, menjadi saluran berkat untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

Asidoro Sabar Parsaulian Pasaribu
21 Oktober 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *