1 Petrus 4:1-6
“Something to die for” adalah sebuah ungkapan yang diberikan kepada seseorang atas segala hal apapun yang telah dilakukan demi satu alasan yang baik secara terus menerus, dan mendatangkan dampak baik bagi kehidupan seseorang di kemudian hari. Ketika Kristus harus menderita secara badani, ia disiksa, dicambuk, diludahi dan dipaku di kayu Salib, semua dilakukan atas alasan Ia terlalu mengasihi manusia sebagai ciptaan Allah yang paling mulia (Yoh. 3:16).
Petrus dalam bagian perikop ini, memberikan satu alasan bagi orang –orang yang yang tersebar di Asia Kecil dan sekitarnya, yang mengalami penganiayaan dan penderitaan karena iman mereka kepada Kristus, bahwa Kristus telah menderita secara badani bukan karena perbuatan-Nya melainkan karena keinginan daging manusia yang dibuahi menjadi dosa. Oleh karena itu, Petrus meminta kepada orang Kristen non-Yahudi yang tersebar itu, untuk “mempersenjatai dengan pikiran,” pada ayat 1 (Yun: engoian hoplisasthe, artinya memperlengkapi dengan senjata pemikiran yang secara disengaja atau intensional, mendalam dan terus menerus), yakni sebuah pemikiran, keinginan daging hanya akan membuahkan dosa dan mengakibatkan Kristus disalibkan secara terus menerus.
Oleh karena itu, Petrus meminta secara praktis pada ayat 2-3, supaya setiap orang tidak menuruti keinginan dagingnya tetapi mengarahkan keinginannya kepada kehendak Allah. Tidak menuruti keinginan daging ini, akan membuat seseorang menderita secara badani seperti apa yang dialami Kristus dalam gambaran disiksa,dicambuk dan dipaku pada bagian tubuh-Nya. Petrus memberikan argument, bahwa setiap orang telah mempergunakan waktunya untuk keinginan daging semata (ay.3) dan orang di sekitar akan mengolok, memfitnah, menganiaya apabila di kemudian hari seseorang menarik diri dari memuaskan keinginan daging itu (ay.4). Akan tetapi, semua orang akan mempertanggungjawabkan di akhir hidupnya dan mengalami penghakiman akhir, yang membawa seseorang kepada kehidupan kekal atau kematian kekal (ay.5) dan semua itu membutuhkan Injil sebagai kebenaran (ay.6), yang membedakan dan memisahkan, apakah seseorang hidup menurut daging atau hidup dalam roh (melakukan kehendak Allah).
Sebagai sebuah perenungan bagi kita semua, keinginan daging sering mendominasi pemikiran kita, yang mengakibatkan kita jatuh dalam pilihan yang salah dan kita selalu kembali mempersalahkan kondisi dosa asal dengan segala kecenderungan yang bertentangan dengan apa yang Allah kehendaki. Akan tetapi, melalui nasihat dari Petrus ini, memberikan kita kewaspadaan dan memikirkan kembali bagaimana kita menggunakan “leisure time” (waktu senggang dan keluluasaan waktu), kita untuk sebuah hal yang bermanfaat dan menyelaraskan kehidupan kita dengan kehendak serta tujuan Allah yang sesungguhnya. Karena melalui kehidupan kita sebagai anak-anak Allah, seharusnya memberitakan kebenaran Injil yang memerdekakan seseorang dari keinginan daging serta sebuah keinginan yang semu.
Oleh karena itu, kita harus punya alasan untuk mengelola keinginan daging kita supaya tidak kita buahi menjadi sebuah dosa, alasannya adalah motivasi “something to die for”, yakni Kristus telah memberikan kehidupan baru bagi kita melalui kasih-Nya. Itulah sebabnya kita harus “menderita secara badani,” dengan cara tidak “memberi makan” atau tidak berusaha memuaskan keinginan daging semata, supaya kita tidak menyalibkan Kristus berulang kali dan memberikan alasan orang lain menuding kita sebagai seorang yang munafik.
Mari, kita berjuang bersama untuk melakukan hal ini, dan selalu memandang kepada Kristus saja, yang memberikan sebuah kecukupan. Christ is enough for me and you.
Asidoro Sabar Parsaulian Pasaribu
30 September 2021