Renungan 23 April 2021

Kepala Atas Segala Sesuatu

— punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala — . (1 Tawarikh 29:11)

Kata “kepala” muncul dalam Alkitab dalam konteks penciptaan di Kejadian 1:1 dengan memakai kata permulaan. Kata “kepala” dan “permulaan” dalam bahasa Ibrani adalah “re’shiyth”. Dalam konteks kitab Tawarikh karena menceritakan sejarah kerajaan Israel dipakai kata “kepala” [pucuk pemerintahan]. Penulis Kitab Tawarikh. menyatakan bahwa Tuhan adalah kepala atau pemimpin atas segala pemerintah. Dan di Kitab kejadian dipakai “permulaan”, “pertama” karena Tuhan adalah pemula atas segala sesuatunya. Ya, DIA adalah Kepala yang berdaulat atas segala sesuatu.

DIA mengepalai segala sesuatu adalah tema rohani dalam sejarah keselamatan yang memberikan kekuatan dan kestabilan orang Kristen. DIA bersupremasi atas segala sesuatu. DIA berkuasa ilahi atas segala sesuatu. DIA yang mahatinggi melakukan segala sesuatu menurut rencanaNya. DIA yang Mahakuasa yang empunya segala sesuatu. DIA penguasa atas segala pemerintah di muka bumi. Tidak ada satu pun di alam raya ini yang tidak dikepalaiNya.

Abad 21, dicirikan dengan manusia yang mengepalai diri sendiri, mengatur diri sendiri, nyaman tanpa pimpinan Tuhan dalam hidupnya. Manusia postmodern ingin mengendalikan Tuhan, manusia ingin memaksakan kehendaknya dan Tuhan harus memaksa diriNya ikut rencana manusia. Bahkan doktrin, teologi, dogmatika, kebenaran harus takluk pada pikiran manusia. Ironisnya, manusia lebih perkasa dari pada Tuhan. Tetapi sesungguhnya bila mahluk ciptaanNya hidup tanpa Tuhan, maka dia mahluk yang “hampa”.

Pengakuan iman bahwa Tuhan adalah Kepala atas segala kehidupan dan alam semesta akan menjauhkan kita dari “hantu” athesime. DIA sebagai Kepala adalah mutlak dan tak terbatas. DIA berhak atas segala sesuatunya. DIA tidak dapat dibatasi oleh hukum dan peraturan alam kecuali diriNya sendiri. Fakta DIA sebagai Kepala dicatat di setiap halaman kitab suci, Bible.

Tuhan sebagai Kepala melaksanakan pemerintahan dengan maha kemurahanNya. Terutama DIA mau datang menebus dosa umatNya. DIA sebagai Kepala merintis jalan ke sorga untuk setiap yang percaya kepadaNya. KemurahanNya yang tak dapat dipahami orang Kristen. Sebab kemurahanNya mahal dan tidak semua memperolehnya secara merata. Anugerah dan kemurahanNya diberikan berdasarkan kehendakNya dan keputusanNya, manusia tak berhak menuntutNya.

DIA sebagai Kepala tidak pernah pikun, tak pernah lupa, selalu mengingat anak2Nya walau terkadang orang percaya pikun kepada Tuhan, melupakan Tuhan dan tak mengingatNYA.

Salam menghormati DIA sebagai KEPALA

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
23 April 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *