Renungan 19 April 2021

Nilai Kemanusiaan

Hakim 19:1-30

Tuhan menciptakan manusia dengan baik. Artinya manusia dibentuk dengan nilai, harga, kehormatan. Ia bernilai, bermartabat karena ia hidup. Tuhan yang memberi hidup maka ditentukan aturan2 untuk memelihara hidup. Kitab Musa sarat dengan hukum kehidupan agar hidup dirawat demi memiliki tujuan, makna. Hidup tidak boleh diisi dengan ketidakkudusan (sembarangan).

Pasca kematian Simson dan sebelum ada raja yang memerintah di Israel, tampaknya kehidupan umat Tuhan, sangat memilukan. Martabat kehidupan ditindas.

Umumnya tradisi suku Lewi, mereka pejabat imamat umat yang diberi tanggungjawab untuk meneruskan ajaran2 tentang hidup yang berharga menurut Taurat Tuhan. Mereka dituntut mengenal/mengetahui serta melaksanakan seluruh detail prinsip2 kehidupan.

Lain halnya kisah seorang Lewi dalam perikop ini (pasal 19). Ia menikah dengan seorang gundik. Berarti istri orang lain (entah hidup atau sudah mati suaminya). Atau ia mantan pelacur/orang sundal. Yang jelas seorang Lewi tidak boleh menikah dengan yang bukan perawan. Entah karena cinta, ia tetap melanggar kesucian pernikahan Lewi. Ia mengambil gundik, berarti sang lewi mengambil istri yang yang kedua (baru). Pelangaran moral dan religi yang disengaja.

Ironisnya sang gundik bermain serong, selingkuh, berkhianat. Dan ia melarikan diri ke rumah ayahnya. Sang Lewi dasar emang cinta, ia menyusul/mejemput ke rumah orangtuanya. Ketika hendak pulang masih “dipaksa” tinggal sekitar seminggu.

Ketika hendak perjalanan pulang ke Efraim, mereka singgah bermalam di kota Gibea di rumah salah seorang tua. Namun naas (ketidakberuntungan) terjadi, dimana beberapa orang dursila dari suku Benyamin hendak merampok sang Lewi. Dalam kedaaan terpaksa ia menyerahkan istrinya (gundiknya) dan beberapa orang kota memperkosa gundiknya hingga tak bernyawa. Sang lewi mempertaruhkan nilai kemanusiaan. Kedurjaan suku Benyamin tidak mengenal kemartabatan hidup, melakukan kebarbaran secara bersama untuk seorang wanita.

Lewi, merasa terhina dengan perbuatan bani Benyamin, sesampai di Efraim, sang Lewi memotong2 tubuh gundiknya yang sudah mati, membaginya menjadi dua belas, kemudian dikirim ke semua suku Israel untuk meminta tanggapan (balas dendam).

Pelajaran dari nilai kemanusiaan yang dihempaskan:

Cinta Tuhan, mestinya cinta kemanusiaan bukan menghinanya
Hormat Tuhan, juga hormat kemanusiaan bukan memperkosanya
Kasih Tuhan, diikuti kasih kemanusiaan bukan membunuhnya.
Jangan pernah meremehkan dan merendahkan harkat martabat ciptaanNya, manusia.

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
19 April 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *