Renungan 20 April 2021

(Hindari) Perang Saudara

Hakim 20

Semua suku2 Israel adalah kakak beradik, satu saudara, satu leluhur moyang. Mereka diwajibkan menghormati nyawa orang lain. Hidup harus dipelihara. Namun dosa telah mengoyak hubungan kekeluargaan.

Salah seorang Lewi yang mengambil gundik menyebarkan dendam pribadinya ke seluruh suku Israel kecuali Benyamin. Persekongkolan dipakai untuk melampiaskan kebenciannya dengan mengirim 12 potongan tubuh gundiknya. Maka pecahlah perang saudara . Di tanah perjanjianNya sulit ditemukan “pengampunan”. Cerita kronologi pembunuhan gundik Lewi yang tak lazim telah menyulut permusuhan antar saudara. Sensasi kejahatan Gibea bergetar ke seluruh suku Israel. Bagaikan gempa 5 skala richter.

Keangkuhan orang Gibea disetujui jemaah untuk dihukum melalui perang saudara. Kebusukan moral harus dibalas dengan kematian, ratusan ribu habis karena dua atau tiga orang berdosa. Hidup yang baik ditindas melalui perang saudara. Perang Israel vs Benyamin, Israel melibatkan 400.000 tentara melawan 700 tentara Benyamin. Haruskah adik kakak saling membunuh?

Kebencian mereka telah menelan korban sebanyak, al:

a) serangan I, mati 22.000 orang dari pihak Israel, (ay 21)
b) serangan II, mati dari pihak Israel 18.000 (ay 25)
c) serangan III, mati 30.000 orang dari pihak Israel (ay 31)
d) serangan IV, suku benyamin musnah 25.000 orang, tentara dan rakyat sipil habis (ay 35)
e) serangan V, mati 30 orang di pihak Israel (ay 39)
f) serangan VI, tewas 18.000 yang gagah pekasa dipihak benyamin (ay 44)
g) serangan VII, mati 2.000 orang dipihak Benyamin (ay 45)
h) serangan VIII (terakhir), seluruh yang bernafas di kota Benyamin (Gibea) musnah (ay 48)

Korban yang tewas dalam perang saudara dalam waktu singkat 145.000 jiwa. Sangat meyedihkan). Kejahatan telah membuahkan penghukuman atas jiwa2 Israel. Atas nama Tuhan, pembunuhan di medan perang dilegalkan. Mereka bertanya kepada Tuhan untuk legalitas kekerasan yang dilakukan karena kejahatan Lewi dan orang Gibea yang memperkosa gundiknya. Nyawa ganti nyawa, namun berlebihan darah tumpah di daerah Gibea. Tanah menjadi merah karena meluapnya api kebencian.

Perang saudara tidak menyebabkan kemuliaan pada pihak yang menang tetapi penyesalan sepanjang sejarah sebab mengguncangkan jiwa dan meruntuhkan stabilitas keamanan yang berkepanjangan.

Ketika tanah perjanjian dilumuri darah manusia, maka dampak dosa sampai kepada generasi seterusnya. Perdamaian sulit tercapai. Sampai sekarang (2021) pertikaian tiada henti diantara mereka. Nyawa terus berjatuhan.

Sampai kapan tercipta damai di bumi? Rasanya tidak akan ada kedamaian sejati sebab kutuk sudah ditetapkan karena dosa. Perang antar saudara, antar suku, antar bangsa masih terus berkecamuk.

Tali persaudaran dan perdamaian harus dijaga. Hidup yang bernilai, bermartabat adalah rukun. Sesekali bisa ribut (bertengkar) tetapi tidak harus melenyapkan nyawa/ menumpahkan darahnya. Hindari perang saudara, ciptakan perdamaian. Sebab Tuhan adalah damai.

Konflik internal antar pribadi di dalam gereja sering terjadi. Gereja tidak harus pecah bila ada kejahatan yang dilakukan antar pribadi. Semua pihak harus rela berdamai demi keutuhan persaudaraan.

Ev.Tonny Mulia Hutabarat
20 April 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *