Renungan 19 Maret 2021

Madu Keluar Dari Bangkai

Hakim 14:8-9

Prinsip theologis untuk memahami kisah penaklukan Simson (Tuhan) atas Filistin (termasuk gadis Timna, gadis sundal, gadis di lembah sorek Delila) yang menindas Israel selama 40 tahun adalah pernyataan penulis kitab Hakim2: “ bahwa hal itu dari pada TUHAN asalnya , sebab memang Simson harus mencari gara-gara terhadap orang Filistin (14:4)”. Tuhan yang berdaulat mutlak atas sejarah hidup manusia. Dia mengatur mutlak seluruh gerak gerik ciptaanNya. Dia bebas mengendalikan ciptaanNya. Betapa mudahnya Simson menaklukkan tiga gadis Filistin yang berpengaruh, menunjukkan betapa enteng musuhnya dengan kekuatan ROH TUHAN bagi Simson. Semua orang Israel ketakutan dan tidak ada yang memberontak di bawah penindasan militer Filistin, tetapi Simson dengan mudah (lenggang kangkung) memasuki area musuh.

Simson mencintai gadis Timna (bangsa Filsitin) dan direspon oleh sang gadis (yang adalah musuh Israel) [ayat 1-4]. Seorang pahlawan yang dapat melintasi daerah musuh, suatu indikasi bahwa sang pahlawan sudah dengan mudah dapat menaklukkan seluruh pasukan Filistin. Simson menaklukan hati sang gadis Timna adalah cara (taktik) Tuhan untuk memberi isyarat kepada bangsa Filistin bahwa mereka harus berdamai atau paling tidak mengakui kepiawaian Simson merebut salah satu warganya yang menjajah Israel. Bila tidak menerima perdamaian dari Simson, maka mereka akan dipatahkan.

Tuhan sudah dari awal merencanakan Simson untuk menaklukkan Filistin (seluruhnya). Roh Tuhan menguasi hidup Simson dimulai dengan menaklukkan cinta/hati gadis Timna. Kemudian penulis Kitab Hakim ini, menunjukkan langkah (step) kedua yaitu menaklukkan taring singa muda liar dengan mudah sekali. Dua cara ini sudah sudah cukup sebagai pemberitahuan awal, bahwa Filistin pasti ditaklukkannya. Tentunya Tuhan yang akan menaklukkan Filistin dengan memakai Simson.

Episode pendek di ayat 8-9, singa muda yang telah dibunuhnya dan terlalu cepat (beberapa waktu (Ibrani: beberapa hari) dikerumuni lebah dan segera memproduksi madu asli. Kisah ini mengandung dua unsur cerita hiburan. Penulis Kitab Hakim menempatkan cerita ini sebagai anekdot hiburan bagi pembaca. Cerita pertama, bahwa Tuhan dapat mengeluarkan hal yang manis dalam situasi pahit (penindasan berat) yang dialami Israel. Hidup ini tak selamanya pahit, selalu timbul rasa manis dalam situasi tertentu. Manoah menikmati madu manis (anak yang lama muncul) di tengah penindasan sebagai jaminan pemeliharaan hidup di tengah wabah Filistin (penindasan).

Cerita hiduran kedua, bahwa lebah tidak pernah menyukai bangkai busuk (daging membusuk). Lebah membentuk sarang madu memerlukan waktu yang tidak singkat. Cerita ini menyiratkan bahwa Tuhan sanggup melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin terjadi. Lebah menghampiri bangkai busuk dan mengeluarkan madu asli adalah perbuatan ajaib Tuhan.

Dua cerita hiburan menjadi cerita penghiburan bagi pembaca bahwa di masa sulit (hampir tidak mungkin hidup [sbb ditindas 40 tahun) Tuhan datang memberikan pemeliharaan dan menunjukkan perbuatan2 ajaibNya. Tuhan akan memberikan kepuasan yang melimpah bagi anak2Nya. Memang, rahmatNya manis di kala ada penderitaan yang pahit. Ia tidak membiarkan umatNya merana dalam jangka waktu yang panjang (berlarut2).

Tahun 2020-21 ditandai dengan covid19, sengaja atau tidak sengaja di tangan (pikiran) manusia, kejadian ini ada dalam kedaulatan mutlak Tuhan. Maka dibalik layarNya, pasti akan ada muncul hal yang manis sbb rahmatNya lebih manis dari madu hutan.

Selamat menikmati anugerahNya yang manis di tengah situasi yang pahit.

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
19 Maret 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *