Renungan 18 Maret 2021

Yesaya 58 : 13 – 14

13  Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat “hari kenikmatan,” dan hari kudus TUHAN “hari yang mulia”; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong,

14  maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya.

Dalam setiap diri manusia dirancangkan dalam hatinya suatu tempat yang hanya dapat diisi dengan kehadiran Pribadi Allah sendiri, tempat ini tidak dapat digantikan, oleh karena itu maka seluruh umat manusia baik yang sudah diselamatkan maupun belum, semua memiliki kebutuhan untuk mencari Allah dan untuk menyembah Allah.  Penyembahan yang dimaksudkan di sini jauh melampau praktek-praktek penyembahan dalam agama apapun, penyembahan ini berbicara tentang relasi yang intim antara TUHAN yang disembah sebagai Allahnya dan orang percaya sebagai penyembah-penyembah yang menyenangkan hati TUHAN, hal ini hanya dapat dicapai melalui Pribadi Tuhan Yesus Kristus satu-satunya Pengantara kita.

Penyembahan yang menyenangkan hati Allah, bukanlah sekedar ritual, namun harus berasal dari hati yang murni dan tulus.  Tujuan penyembahan haruslah Pribadi TUHAN sendiri, bukan manusia.  Karena sadar tidak sadar, ada banyak orang menyembah TUHAN karena maksud-maksud tersembunyi; agar diberkati dan dipenuhi segala keinginan, hal semacam ini bukanlah penyembahan yang benar.  Penyembahan sendiri bukanlah sekedar sebuah kegiatan, bukan pula sebagai salah satu bagian dari hidup kita, melainkan penyembahan seharusnya mencakup seluruh bagian dalam kehidupan kita sebagai umat yang menyembah TUHAN.

Untuk dapat memiliki hati yang benar dalam menyembah TUHAN, maka kita harus membenahi hal-hal dalam hidup kita dimulai dari hal-hal yang mendasar.  Pertama-tama, kita harus bersyukur kepada TUHAN karena kita telah diciptakan, bersyukur karena kita berharga bagi-Nya.  Setelah itu kita perlu senantiasa menjaga hati kita di hadapan Allah, mengkoreksi setiap motivasi yang tidak benar dalam penyembahan kita kepada Allah.  Berikutnya kita perlu membenahi kehidupan ibadah kita, mulai dari cara kita beribadah di gereja; jika masih banyak hal yang perlu kita benahi, kita harus segera mengubah hal-hal tersebut agar Allah berkenan dengan ibadah kita.

The last but not the least, terakhir namun bukan berarti tidak penting, justru hal ini adalah hal yang sangat harus dilakukan dalam kehidupan ibadah kita secara menyeluruh dan penuh yaitu membenahi seluruh cara hidup kita di manapun TUHAN tempatkan kita, baik itu cara berpikir, bertutur kata maupun bertingkah laku, pendeknya semua hal yang kita lakukan, lakukanlah itu untuk Allah.  Allah yang tidak kita lihat secara kasat mata, namun sekaligus adalah Allah yang Maha Melihat, karena itu mari kita mempersembahkan seluruh hidup kita kepada Allah.  Amin.

Ev. Franky Oktavianus Nugroho
18 Maret 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *