Renungan Pagi 17 Desember 2020

1 SAMUEL 7 : 10 – 14

10  Sedang Samuel mempersembahkan korban bakaran itu, majulah orang Filistin berperang melawan orang Israel. Tetapi pada hari itu TUHAN mengguntur dengan bunyi yang hebat ke atas orang Filistin dan mengacaukan mereka, sehingga mereka terpukul kalah oleh orang Israel.

11  Keluarlah orang-orang Israel dari Mizpa, mengejar orang Filistin itu dan memukul mereka kalah sampai hilir Bet-Kar.

12  Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Eben-Haezer, katanya: “Sampai di sini TUHAN menolong kita.”

13  Demikianlah orang Filistin itu ditundukkan dan tidak lagi memasuki daerah Israel. Tangan TUHAN melawan orang Filistin seumur hidup Samuel,

14  dan kota-kota yang diambil orang Filistin dari pada Israel, kembali pula kepada Israel, mulai dari Ekron sampai Gat; dan orang Israel merebut daerah sekitarnya dari tangan orang Filistin. Antara orang Israel dan orang Amori ada damai.

Dalam kehidupan kita sehari-hari tidaklah sulit bagi kita untuk menemukan banyak benda yang disebut sebagai batu ataupun yang dibuat dari batu.  Misalnya : cobek / cowek ; munthu juga sering disebut uleg-uleg.  Ada batu-batu yang murah seperti kerikil, ada juga yang mahal-mahal disebut batu permata, mutu manikam dsb.    Juga masih banyak lagi yang sesungguhnya bukan batu, namun disebut batu; batu beterai dan juga es batu.  Namun demikian di dalam renungan ini yang akan kita bahas bukanlah sebuah batu biasa, tetapi sebuah batu yang disebut Batu Pertolongan (Even Ha’Azer).

Ebenhaezer atau yang dalam bahasa aslinya Even-Ha’Azer, diberi makna : sampai sejauh ini, TUHAN telah menolong kita.  Kalimat ini dapat kita temukan dalam kitab Samuel, di mana ungkapan tersebut diucapkan oleh seorang tokoh besar yaitu Samuel sesuai nama kitab tersebut; Samuel yang adalah seorang nabi sekaligus imam dan juga merupakan seorang Hakim tunggal pada zamannya yang berfungsi seperti seorang raja, namun menyadari bahwa semua keberhasilan yang dialami oleh umat yang dipimpinnya semata-mata karena kebaikan TUHAN yang senantiasa menolong mereka.

Bukan batu yang diberikan nama Ebenhaezer itu yang menolong, namun TUHAN sendirilah yang disebut juga Batu Karang Keselamatan adalah sumber pertolongan yang sejati.  Batu itu sendiri merupakan sebuah monumen peringatan saja akan pengalaman umat bersama dengan Allahnya.  Allah menyatakan diri dalam nama TUHAN (YHWH); yang dapat diberikan makna pula sebagai Yang Sudah Ada, Yang Ada, dan yang Akan Terus Ada; yang telah menyertai, sedang menyertai dan selalu menyertai sehingga DIA yang telah menolong, sedang menolong akan terus menolong kita.

Pergumulan kita mungkin tidaklah sama persis dengan yang dialami oleh umat Israel pada waktu itu, namun demikian dalam kenyataannya setiap kita pasti memiliki pergumulannya masing-masing.  Satu hal yang sama dengan umat di Perjanjian Lama adalah bahwa kita memiliki Allah yang sama.  Bahkan lebih dari itu, Allah yang telah berkenan bukan saja mencipta kita, namun juga turun ke dunia dan menyelamatkan kita melalui Pribadi Tuhan Yesus Kristus.  Jika TUHAN telah sedemikian serius berkarya di dalam hidup kita maka sudah pasti Dia akan terus berkarya sampai pada akhirnya.  Selain itu kita pun dapat merasakan pimpinan dan pertolongan-Nya hari demi hari dalam hidup kita masing-masing.

Pertolongan TUHAN kepada kita bisa dalam berbagai macam bentuk, dari pertolongan kepada kita sebagai pribadi, maupun kepada keluarga kita dan juga kepada gereja tempat kita bertumbuh.  Dalam pergumulan pribadi kita seperti perjuangan hidup kudus, pergumulan kesehatan, pekerjaan maupun pelayanan.  Dalam pergumulan keluarga kita, seperti misalnya masalah keuangan maupun relasi dalam keluarga.  Dan dalam pergumulan di gereja, tempat kita bertumbuh dan melayani, selalu dalam segala hal dan kapanpun juga Dia berkenan menolong umat-Nya.  Tuhan yang telah memulai karya-Nya akan meneruskannya hingga pada akhirnya (Filipi 1 : 6).

Karena itu, dalam setiap pergumulan hidup kita apapun itu, marilah tetap percaya kepada TUHAN.  Waspadalah, sebab dosa yang paling sering dilakukan oleh orang Kristen adalah dosa ketidakpercayaan, mencurigai TUHAN sedang melakukan hal yang buruk kepada kita, padahal kita tahu benar bahwa DIAlah Sang Sumber Pertolongan sejati.  Ingatlah selalu pengalaman kita bersama dengan DIA.  Pengalaman pertolongan demi pertolongan yang telah kita terima dari-Nya.  Even-Ha’Azer.  Sampai sejauh ini TUHAN telah menolong kita, maka Ia pun akan terus menolong kita, memberikan yang terbaik kepada kita sesuai dengan rencana-Nya, andalkan TUHAN.  Sebab hanya DIAlah satu-satunya Penolong kita yang sejati.  Amin.

Ev. Franky Oktavianus Nugroho
17 Desember 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *