Kekudusan Lidah (1 Petrus 3 : 9 & 10)

Minggu, 08 November 2020 – Ev. Tonny Mulia Hutabarat

Tuhan menciptakan lidah, suatu bagian tubuh yang kecil tetapi memiliki peran penting/inti untuk menentukan kesehatan rohani seseorang. Andaikan manusia kehilangan lidah/tidak punya, ia akan kehilangan indera perasa manis, pahit, asam, asin. Tidak mampu menelan, menghisap, mengeluarkan enzim untuk mencerna makanan dan melawan bakteri dalam mulut. Tidak bisa berkata kata dengan baik dan benar.

Lidah diciptakan Tuhan untuk tujuan yang baik. Menata lidah berkaitan erat dengan hidup dan kebaikan serta masa depan yang cerah, yaitu mencintai hidup (kekal) dan melihat hari yang baik. Sesungguhnya lidah yang jahat adalah lidah yang berdosa. Dosa mengakibatkan kematian. Lidah yang mati tidak akan dapat menikmati hari yang baik. Jadi masa depan yang cerah/ bahagia didapatkan dari lidah yang baik (Mazmur 34: 13-17). Lidah yang teratur adalah wujud lidah yang diselamatkan dari dosa. Kata “mencinta hidup” dalam Yunani dipakai kata “agapao zoe” arti harafiahnya adalah mencinta hidup keselamatan atau mengasihi hidup yang sudah diselamatkan. Maka ia harus menjaga lidahnya dari yang (si) jahat agar di hari terakhir menikmati kebaikan. Jadi karateristik orang percaya yang sudah memiliki kehidupan kekal adalah memiliki lidah yang baik/benar. Ciri lidah orang yang sudah diselamatkan (dikuduskan) harus menjauhkan perkataan yang jahat.

Namun manusia sudah jatuh dalam dosa, termasuk lidah. Keadaan lidah menjadi jahat yang kerap dapat menipu, berdusta, berbohong, membolak-balikkan fakta, menghina, caci maki, sumpah serapah. Rasul Petrus menyatakan bahwa lidah sudah ditebus Kristus sehingga hidupnya diselamatkan maka ia harus menjauhkan lidahnya dari yang bersifat iblis (evil) dll.

Perikop tentang nasihat penggunaan lidah ditempatkan dalam konteks khotbah Petrus tentang lidah yang sudah ditebus Kristus, maka lidah tidak dipergunakan untuk hal yang jahat. Lidah tidak dipakai untuk ucapan yang menipu. Mestinya lidah yang sudah ditebus adalah lidah yang memberkati, (ay 9). Petrus menyatakan bahwa lidah yang ditebus (dikuduskan) dipakai untuk membangun, memberkati, mendoakan, memuji, konsisten mengeluarkan kata yang baik dalam segala situasi, serta menyembuhkan (memotivasi) orang lain.

Rasul Petrus menyatakan dalam ayat 9 bahwa pengikut Kristus dipanggil/diundang-Nya untuk menjadi berkat. Lidah ditata dan dipakai menjadi saluran berkat (doa) bagi orang lain. Seorang Kristen yang sehat rohaninya diukur dari buah bibirnya, perkataannya. Apakah seluruh perkataan yang kita keluarkan adalah perkataan Kristus. Oleh karena itu sebelum berkata-kata, pastikanlah kebenarannya. Tidak menyebarkan gosip yang dapat menghancurkan hidup orang. Sebelum berkata- kata, pikirkanlah dampaknya terlebih dahulu. Sebelum berkata-kata sesuatu yang berkandungan emosi, tahanlah dan menyingkirlah. Sebelum berkata-kata, ujilah terlebih dahulu apakah ada dosa di dalamnya. Jika ada, berhentilah, jangan meneruskannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *