LD Tonny Mulia Hutabarat
Jumat, 23 Agustus 2024
MENIPU TUHAN … Maleaki 3:6-12.
Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! — 3:8
Pada ayat 8 kata “menipu” dalam versi LAI, di beberapa Alkitab versi bahasa Inggris (ASV, JPS, KJ, NIV) dipakai kata ‘rob’ artinya “merampok”. Semua sumber daya kita, waktu, bakat, harta adalah milik TUHAN (bdk Mazmur 89). Alkitab mengajarkan untuk tidak mengambil, mengkonsumsi, menimbun semua milik untuk memenuhi setiap keinginan, sebaliknya mengelolanya sesuai dengan firman Tuhan. Maleakhi menuduh umatNya mengambil (merampok) terhadap kepemilikan yang bertentangan dengan hukumNya.
Jadi ia memperingatkan umatNya: (1) Maleaki mengingatkan perkataan TUHAN mengenai harta benda mereka adalah milikNya. Mereka harus memberikan persepuluhan dan persembahan kepada Tuhan. (2) Maleaki menunjukkan ketidakpuasan hati umatNya sebab mereka fokus pada pengambilan, penyimpanan, dan konsumsi untuk dirinya sendiri. Sebaliknya Malaeki menyatakan bahwa satu-satunya cara agar menemukan berkat sejati adalah dengan melonggarkan cengkeramannya pada materi. Sebab Tuhan sumber kebahagiaan dan kepuasan hati.
Demikian pula pesan Tuhan kepada kita. Meskipun kita tidak lagi terikat oleh praktik persepuluhan khusus Israel PL, klaim TUHAN atas kepemilikan kita tidak kurang dari apa yang terjadi pada zaman Maleakhi, pada tahun 450-an SM. Berkat dan kehidupan tidak akan pernah didapat dengan menimbun harta. Kita dipanggil dan diperintahkan untuk bermurah yang berakar pada pengakuan kemurahan hati dan kasih setia TUHAN yang tidak pernah berubah kepada kita. Dengan demikian kita bertobat (perhatikan 3:6-7) dari jiwa pelit dan egois.
Menurut Hukum Tuhan, umatNya mesti memberikan 3 jenis perpuluhan dari hasil tanah mereka: (1) 10% untuk mendukung pelayanan orang Lewi dan para imam, (2) 10% untuk mendukung keikutsertaan salah satu dari tiga hari raya besar setiap tahun (3) 10% persepuluhan untuk menyokong masyarakat miskin, yang diberikan setiap tiga tahun. Jadi, secara keseluruhan, persyaratan untuk memberikan perpuluhan adalah sekitar 23% dari hasil panen setiap tahunnya. Jadi, jika gagal memberikannya, sebenarnya mereka sedang merampok Tuhan. Mereka telah menahan hak TUHAN. Maka negeri itu berada di bawah kutukan (3:9-11), al: kelaparan, runtuhnya struktur sosial dan keagamaan, kemiskinan, hilangnya pengajaran dari imam sebab mereka tidak disokong. Jadi 3 jenis 10% berdampak pada ibadah, hamba Tuhan, dan masyarakat umum.
Pada 3:10-12 Tuhan memberikan janji. Bahwa ketaatan membawa berkah kemakmuran. Ujilah! Artinya periksalah perbuatan Tuhan di masa lalu apakah Tuhan menelantarkan umatNya di padang gurun dengan tidak memberikan logistik lebih dari memadai? Umat Tuhan dipanggil untuk bertobat karena persepuluhan dan persembahan yang mereka pegang tidak pernah bisa menjadi sumber kepuasan yang mereka harapkan. Mereka memperlakukan hasil panen mereka secara efektif seperti berhala. Maka TUHAN mengajak mereka untuk melepaskan cengkeraman pada harta.
Jika demikian perlunya memberikan harta, bagaimana kita pada era gereja masa kini pola memberi 10% harta kepada Tuhan? Kita tidak terikat literal menurut 10% Israel tetapi prinsip memberi masih berlaku. Berdasarkan 2 Kor 8:7: (1) pemberian yang jauh melebihi 10% (2) didasarkan pada kemurahan hati (3) keyakinan pada sukacita (4) ketidakterpaksaan alias sukarela (5) berdasarkan apa yang ada padamu (6) kepercayaan pada pemeliharaan Tuhan (7) melimpah dengan ucapan syukur kepada Tuhan (8) untuk kemuliaan Tuhan (9) prinsip pemerataan.
Di zaman Maleaki, Umatnya sedang menghadapi bencana kelaparan, tindakan yang paling masuk akal adalah menyimpan, menimbun, mengencangkan gengaman, dan jangan memberikan (melepaskan). Namun Tuhan memanggil mereka untuk memberikan hak mereka. Ian Dougwood menulis, “Dalam menghadapi perekonomian yang buruk, dia menghimbau masyarakat untuk tidak terlalu terikat pada apa yang mereka miliki”. TUHAN memanggil mereka untuk melangkah dalam iman, bahkan dalam ketakutan mereka dengan janji bahwa DIA akan memuaskan mereka dengan cara yang jauh lebih baik daripada apa pun yang dapat memuaskan mereka. Keyakinan salah apa yang menghalangi kita menjadi orang yang murah hati, pada saat kita sendiri mengalami keterpurukan perekonomian? Terapkanlah kemurahan hati yang radikal. Maukah kita menjadi umat yang dermawan dan gereja yang dermawan karena di dalam Kristus Yesus kita telah menjadi kaya.