LD Tonny Mulia Hutabarat
Rabu, 21 Agustus 2024
Hati Dingin Atau Berkobar, Ibadah Kosong Atau Benar – Maleaki 1:1-14
Umat Tuhan tidak percaya bahwa Tuhan mengasihi Israel, sehingga mempengaruhi cara mereka beribadah. Mereka telah membangun kembali bait suci-Nya, namun tidak dapat melihat berkat-berkat perjanjianNya. Religiutas beralih ke ritual belaka, korupsi merajalela, keadilan tidak ada, umat Tuhan diperintah oleh pihak luar.
Tuhan mengutus nabi Maleakhi untuk mendorong umat Tuhan agar memperbarui kepercayaan, bertobat dari dosa-dosa mereka, dan menjanjikan kedatangan Yesus, sang Mesias. Setelah mengingatkan akan kasih perjanjian Tuhan yang tidak pernah berubah terhadap seluruh umat pilihan-Nya, Tuhan mengalihkan perhatian-Nya pada hati yang dingin dan ibadah kosong umat-Nya.
Hati umat dingin. Akibatnya, tidak menunjukkan rasa hormat kepada Tuhan dengan mempersembahkan binatang yang tercemar sebagai kurban (ay.6-10). Dan pemberian kurban cacat sebagai bukti tidak mengasihi Tuhan. Persembahan yang tercemar dan tidak berperasaan menghina (merendahkan) TUHAN.
Perikop Maleaki 1:1-14 merupakan pengingat penting untuk memeriksa motif dan sikap kita dalam beribadah kepada Tuhan. Jika kita bertindak di luar tradisi dan dengan hati yang dingin – menyanyikan lirik dengan mulut kita tetapi tidak dengan hati kita, dan menelusuri Facebook selama khotbah – kita tidak dapat berharap Tuhan mendengar doa-doa kita. Tuhan ingin kita menyembah Dia dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:21-24) sebagai Bapa dan Tuan kita yang sejati, bukan karena rutinitas.
Hal ini juga mengingatkan kita untuk menempatkan Tuhan dalam pelayanan, waktu, pengabdian, dan uang. Apakah dilakukan dengan hati gembira (2Kor. 9:7) atau dengan rasa enggan? Pada skala “sangat menyusahkan” hingga “sangat menyenangkan” di manakah kita menempatkan peluang-peluang ini? Kita harus berdoa agar Tuhan membantu kita melihat kegembiraan yang lebih besar dan kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama-Nya dalam doa, dan dalam pengabdian “yang terbaik” untuk kemuliaan-Nya.
Saat mengakui kegagalan, maka bisa bersukacita atas janji yang menjadi inti ayat ini, di ayat 11 (Sebab dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi nama-Ku dan juga korban sajian yang tahir; sebab nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam.). Saat ini Tuhan sedang mengumpulkan kita, sebagai sebuah kerajaan imam, untuk mempersembahkan korban murni kepada-Nya. Kelemahan dari “yang terbaik” kita dimurnikan oleh kebenaran Kristus. Dan Roh Kudus memberi kehangatan hati untuk mempersembahkan ibadah dalam roh dan kebenaran, yang dikehendaki Tuhan.
Tuhan memanggil Israel (kita) untuk sepenuh hati cinta kepada-Nya, dan DIA menegur pengabdian yang setengah hati. Pengabdian yang “sepenuh hati” tidak berarti menghabiskan seluruh waktu dalam kegiatan “ritual gerejawi”. Kita mengakui milik-Nya karena Dia adalah Tuhan—Dia adalah Pribadi yang paling penting di alam semesta dan Dia menciptakan kita untuk memberikan pengabdian sepenuh hati kepada-Nya.
Melayani TUHAN adalah hak istimewa yang kita sukai bukan tugas berat yang menyusahkan (kewajiban). Jika sikap kronis kita adalah “wajib beribadah (harus)”, merupakan tanda bahwa kita setengah hati (hampir kosong). Inilah sebabnya Tuhan mengatakan mereka harus menutup Bait Suci (1:10). TUHAN mengatakan ini, bukan karena rasa jijik, tapi untuk menebus dosa. Dia berkata: “Aku tidak membutuhkan pengorbananmu”. “Lebih baik hentikan tipu muslihat ini dan akui pada diri sendiri bahwa setengah hati membuatmu sengsara” Memberi hewan, roti adalah uji batin di hadapan Tuhan. Memberi yang cacat karena hatimu cacat.
Ketika memberikan sisa makanan kepada Tuhan dianggap sebagai hal yang normal, kita terlibat dalam apa yang disebut “Kekristenan konsumen”. Kekristenan konsumen memandang Tuhan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang paling egois. Tuhan dalam kekristenan konsumen lebih seperti “jin aladin” yang nilainya terletak pada kemampuannya untuk memenuhi agendanya. Bob Dylan (1970-an) menyatakan bahwa banyak Kristen Konsumen membuat TUHAN hanya pesuruh (kacung) untuk memuaskan hasrat yang mengembara. Mengapa seseorang berpindah2 gereja: “karena gereja (Tuhan) tidak memenuhi hasrat libidonya”.
Penting untuk secara teratur meminta Tuhan untuk terus memberi semangat untuk DIA (Luk.11:13). Penting untuk berada di dekat orang-orang yang sepenuh hati karena ini akan memotivasi kita untuk terus maju (2Kor.9:2). Penting untuk mengambil langkah iman yang Tuhan minta.
Apa yang dapat membakar (menyalakan) pengabdian yang sepenuh hati?: (1) melihat besarnya kemurahan Tuhan kepada kita sebagai orang berdosa, seperti Musa di Kel 34:6-8), (2) melihat firman yang diwahyukan dalam kitab suci sebagai kebutuhan pribadi yang sangat mempengaruhi hati, seperti Yesaya di Yesaya 6:1-8), (3) mau menyembah dan menaatiNya dengan seluruh keberadaan kita (Maz 130:3,4).
Kewajiban beragama adalah seperti tongkat penopang pengganti kaki, tetapi adalah sangat bodoh (tampak jijik) sekali menggunakan terus menerus tongkat penopang kaki jika ia dapat berjalan sendiri dengan kakinya yang sehat.
Jangan keluar dan melakukan perbuatan murah hati kepada manusia atau Tuhan lalu mengeluhkan tentang hal itu.