MUKZIJAT-NYA TAK MUNGKIN DILUPAKAN — Matius 14:13-21

LD Tonny Mulia Hutabarat
Rabu, 7 Agustus 2024

MUKZIJAT-NYA TAK MUNGKIN DILUPAKAN — Matius 14:13-21

Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” (Mat 14:16 ITB)

Kisah mukjizat memberi makan orang banyak dalam Matius 14 adalah satu-satunya mukjizat Yesus yang diceritakan dalam keempat Injil. Hal ini muncul dalam Markus 6:30-44, Lukas 9:10-17, dan Yohanes 6:1-14. Ada juga kisah Yesus memberi makan empat ribu orang dalam Matius 15:32-39. Pengulangan empat kali lipat dari kisah ini merupakan petunjuk bahwa kisah ini mewakili sebuah kenangan yang dekat dan berharga di hati gereja mula-mula. Kenangan yang sulit dilupakan. Terutama di masa penganiayaan, pengejaran orang Kristen untuk dibunuh. Sehingga mereka melarikan diri ke gunung, ke goa yang tipis persediaan makanan.

Matius memperlihatkan bahwa murid-murid menanggapi secara nyata perintah Yesus kepada mereka untuk memberi orang-orang itu sesuatu untuk dimakan. Kisah dalam Markus, Lukas, dan Yohanes ini menekankan, dalam berbagai cara, skeptisisme sarkastik para murid (Markus 6:37, Lukas 9:13, Yohanes 6:7). Dalam Matius mereka hanya melaporkan bahwa “Kami tidak mempunyai apa-apa di sini selain lima roti dan dua ikan.” (Mat 14:17) Yesus menjawab, “Bawalah ke sini kepadaku.” Dalam Yohanes, Yesus sendiri yang membagikan makanan. Namun dalam Matius, gambarannya nampaknya adalah murid-murid itu sendiri yang bergerak melewati kerumunan orang, membagikan mereka kepada orang banyak.

Ketika kita berada pada posisi para murid dalam catatan Matius, kita harus menaati perintah Yesus yang menantang dan “menggelikan”. Kita harus mempersembahkan sumber daya kita yang terbatas kepada-Nya untuk memberkati dan memperbanyaknya, serta mengambil tanggung jawab, bukan untuk menimbunnya untuk diri kita sendiri, namun untuk membagikannya kepada orang lain. Sumber daya dapat berupa uang dan harta benda, namun juga mencakup waktu, energi, kemampuan bawaan, dan keterampilan yang diperoleh. Semuanya dipersembahkan bagi Kristus untuk digandakanNya.

Kisah ini mendorong kita untuk bangkit dari kursi nyaman kita dan mengerahkan diri untuk menawarkan sumber daya kita demi dunia yang membutuhkan. Hal ini memanggil kita untuk mengingat dan mengantisipasi, untuk ikut serta dalam cerita tersebut, melihat ke belakang dan menantikan contoh-contoh makanan ilahi. Kita harus melihat kembali manna di padang gurun dan menantikan Perjamuan Tuhan, mengalami kembali siapa Tuhan di masa lalu, mengantisipasi siapa Tuhan nantinya dan apa yang akan Tuhan lakukan di masa depan.

Inilah dinamika anamnesa (mengingat secara aktif) yang melandasi partisipasi baik dalam Paskah maupun Perjamuan Tuhan.

Perkataan Yesus, “Beri mereka makan,” adalah sebuah “lelucon ilahi.” sekaligus “tantangan” untuk percaya pada perkataan Yesus. Tidak mudah untuk menerima “lelucon ilahi” Yesus (“Kamu memberi mereka makan”) dan menawarkan sumber daya kita, meskipun terbatas, agar Dia memberkati, menghancurkan, dan membagikannya. Namun cerita ini, yang diceritakan lima kali dalam empat Injil, mengingatkan kita bahwa kita harus dan bisa melakukannya. Mulai sekarang. Gereja harus berani membagikan miliknya kepada “dunia” yang dimana persediaan logistiknya minim. Dan di sana akan ada mukjizatNya yang tak mungkin terlupakan dalam sejarah keselamatan.