DOA dan KEMENDESAKAN — Lukas 22:39-46

LD Tonny Mulia Hutabarat
Selasa, 6 Agustus 2024

DOA dan KEMENDESAKAN — Lukas 22:39-46

Ke bukit berdoa serti diperas di taman. Para murid mengikuti Yesus sampai ke kaki Bukit Zaitun di mana Dia memasuki Taman Getsemani. Nama “Getsemani” berasal dari kata Aram yang secara harafiah berarti “mesin pemeras minyak”. Getsemani adalah dataran kecil yang digunakan untuk memeras buah zaitun menjadi minyak zaitun. Ironisnya, di lokasi inilah, Yesus mengalami tekanan paling berat dalam hidupnya. Di sinilah Yesus akan menanggung beban penuh dari apa yang akan menimpanya. Di sinilah kesatuan hipostatis antara keilahian dan kemanusiaan Yesus ditantang. Di sinilah DIA memanjatkan doanya yang paling mendesak kepada Bapanya di surga. Tiga aspek doa dalam perikop ini:

  1. Doa dan Godaan (22:40)

Godaan spesifik yang Yesus maksudkan di sini adalah kemungkinan untuk menyangkal Dia. Dia tahu bahwa dia akan ditangkap dan hal ini pada akhirnya akan berujung pada penyalibannya. Pada masa ini, keberanian para murid akan menghadapi ujian yang paling berat. Untuk tetap setia kepada Yesus, mereka harus menghadapi ketakutan akan penyiksaan dan kematian. Yesus tahu persis apa yang mereka hadapi, jadi DIA menyuruh mereka berdoa.

Dalam satu pernyataan ini, Yesus menunjukkan betapa Ia percaya akan kekuatan doa. Dia tahu bahwa pencobaan dapat diatasi hanya dengan terus bergantung pada Tuhan. Doa adalah pertahanan utama melawan godaan.

  1. Doa dan Penderitaan (22: 41-44)

Yesus menggunakan istilah “cawan” sebagai metafora untuk penghakiman. DIA meminta untuk dibebaskan dari meminum cawan murka Tuhan. Ia tidak mau menanggung sakitnya penyiksaan dan penyaliban, namun ia bersedia tunduk pada kehendak Bapa.

Di Getsemani kehendak manusiawi Yesus bergulat dengan kehendak ilahi. Sebagai manusia, Yesus memiliki naluri yang sama untuk mempertahankan hidupnya seperti yang dimiliki orang lain. Yesus tidak menyukai kematian. Segala sesuatu dalam kemanusiaannya menolaknya. Itu adalah pilihan alaminya untuk hidup. Jadi dalam penderitaan jiwanya dia meminta kepada Bapa cara lain untuk membawa keselamatan.

Tidak mengherankan jika Lukas menggunakan istilah “penderitaan” untuk menggambarkan doa Yesus. Meskipun Bapa mengutus malaikat untuk menguatkan DIA dalam kesusahanNya, Yesus berdoa dengan keringat bercucuran di wajahNya dan jatuh ke tanah seperti tetesan darah. Metafora grafis ini menggambarkan penderitaan manusia yang paling ekstrem.

  1. Doa dan Kelesuan (22: 45-46)

Tampaknya murid-murid akhirnya menyadari kenyataan bahwa Tuhan mereka akan menderita, yang menyebabkan kelelahan dan dukacita. Kelelahan karena kesedihan merupakan fenomena nyata, dan obatnya adalah mereka tertidur. Yesus membangunkan mereka untuk berdoa kembali agar tidak terjerumus dalam godaan (pencobaan). Di tengah kelesuan, kesedihan dan penderitaan, kita harus tetap antusias dan runtin menjaga hubungan romantis dengan Yesus.