LD Tonny Mulia Hutabarat
Rabu, 12 Juni 2024
Apa Yang Kita Tanam … Markus 4:26-34
Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. (Mar 4:31 ITB)
Benih adalah sesuatu yang misterius. Biji jagung. Sebutir gandum. Biji sesawi. Setiap benih berisi petunjuk cara memperbanyak dirinya. Tak hanya itu, setiap benih berisi petunjuk agar generasi berikutnya melakukan hal serupa. Dengan kata lain, sebuah benih membentang ke masa depan, dari generasi ke generasi. Sebuah benih juga membentang ke masa lalu. Setiap benih berisi kenangan akan kegagalan dan keberhasilan generasi sebelumnya. Inilah keajaiban replikasi.
Benih adalah fondasi kehidupan. Seperti yang diingatkan Rasul Paulus dalam Galatia 6, Apa yang kita tabur, kita tuai. Dan kita gagal menuai apa yang gagal kita tabur. Markus 4, menceritakan Kerajaan Sorga. KerajaanNya adalah tempat di mana cinta tumbuh subur (Markus 4:26-29).
Suatu hari nanti sebuah sabit akan membelah planet ini. Pekerjaan kita akan dipanen, dan kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah kita tanam, atau yang gagal kita tanam. Benih apa yang kita tanam?
Di Norwegia terdapat gudang segala jenis benih. Gudang ini menyimpan benih dari seluruh dunia sebagai perlindungan terhadap krisis global di masa depan. Dunia pernah menghadapi krisis pertanian sebelumnya – bayangkan Kelaparan Kentang di Irlandia pada akhir tahun 1840-an. Satu juta orang meninggal di Irlandia, satu juta lainnya meninggalkan negara itu dan datang ke Amerika dalam keadaan miskin. Di Gudang Benih terdapat benih untuk 32 varietas kentang dari bank gen nasional Irlandia. Itu adalah fakta yang patut untuk direnungkan. Para pemikir besar di seluruh dunia tahu bahwa kita harus bekerja sama untuk menjaga anak-anak di dunia dari krisis.
Dunia tidak bisa bergantung pada satu spesies saja. Melakukan hal ini berarti mengundang bencana. Gudang Benih adalah upaya global yang berisi benih dari AS, Kanada, Swiss, Kolombia, Meksiko, Suriah, dan Belanda. Wikipedia memberi tahu kita bahwa bank benih menyimpan lebih dari 930.000 sampel benih, yang mewakili 13.000 tahun sejarah pertanian.
Benih-benih yang ada dalam lemari besi itu sama seperti benih-benih dalam perumpamaan-perumpamaan ini. Setiap benih yang disebarkan oleh petani merangkum evolusi selama ribuan tahun. Setiap benih mengandung janji akan tanaman di masa depan selama bumi masih ada.
Petani dalam perumpamaan ini dapat mempercayai benih untuk tumbuh sesuai dengan janji yang tersegel di dalamnya. Ia HARUS memercayai benih itu untuk bertumbuh, karena apa lagi yang dapat dilakukan seseorang? Masa depan terletak pada benih dan bukan pada tindakan petani. Merupakan pengalaman yang merendahkan hati untuk menanam benih. Seseorang hanya bisa menyiram, menyiangi, dan menunggu. Namun, Yesus menggunakan metafora ini untuk menggambarkan kedatangan kerajaanNya. Yang sungguh luar biasa. Benih mewakili sesuatu yang tidak dapat kita kendalikan namun menjadi sandaran kita. Sebuah benih terlihat sederhana, namun rumit. Ini mewakili hubungan antara air dan tanah dan udara dan sinar matahari dan petani.
Pekerjaan kerajaan apa pun bergantung pada keseimbangan antara bagian kita dalam pekerjaan itu dan bagian Tuhan. Salah satu keputusan penting yang diambil seorang petani adalah memutuskan benih mana yang akan ditanam. Benih apa yang kita tanam hari ini? Benih mana yang kita protek? Dari buahnya kita akan mengenal mereka. Dari buahnya kita akan dikenal.