LD Tonny Mulia Hutabarat
Rabu, 5 Juni 2024
Lambat Marah … Amsal 14:29
He that is slow to wrath is of great understanding: but he that is hasty of spirit exalteth folly. (Pro 14:29 KJV)
Alkitab tidak menganggap kemarahan itu sendiri sebagai dosa. Masalahnya tampaknya adalah kemarahan yang bersifat duniawi, atau kemarahan yang tidak dipikirkan—yang mungkin disebut nafsu. Keutamaan yang dipuji dalam peribahasa ini adalah lambat marah, bukan tidak mampu marah. Kebijaksanaan seseorang membuat dia lambat marah (Ams. 19:11). Kebajikan yang sama juga diperintahkan Yakobus : “Oleh karena itu, saudara-saudaraku yang terkasih, hendaklah setiap orang cepat mendengar, lambat berbicara, dan lambat marah” (Yakobus 1:19).
Ketika kita belajar bagaimana untuk tidak marah, kita menjadi seperti Tuhan. Ada banyak ayat yang menggambarkan TUHAN dengan cara seperti ini (Mzm. 103:8; Kel. 34:6; Mzm. 145:8; dll)
Perbedaan dalam peribahasa ini adalah dengan orang yang “tergesa-gesa”. Orang ini adalah orang yang, menurut kata-kata Yakobus, tidak “lambat berbicara”. Begitu pikiran itu ada di benaknya, pikiran itu langsung muncul di mulutnya. Masalahnya adalah ledakan emosi, reaksi emosional.
Kemarahan bisa menjadi dosa karena Paulus mengatakan kepada kita: “Biarlah segala kepahitan, kemurkaan, kemarahan, keributan, dan fitnah, disingkirkan darimu, beserta segala kebencian” (Ef 4:31). Namun beberapa ayat sebelumnya, Paulus memerintahkan kita untuk marah, namun melakukannya tanpa berbuat dosa: “Hendaklah kamu marah dan jangan berbuat dosa: janganlah matahari terbenam ketika kamu murka” (Ef 4:26).
Dengan menggabungkan semua ini, kita dapat melihat bahwa kemarahan yang benar adalah tindakan ketaatan. Ketika Yesus melihat sekeliling sinagoga dengan marah (Markus 3:5), akibat akhir dari kemarahan-Nya adalah orang yang tangannya mati itu menjadi sembuh. KemarahanNya membangun. Sebaliknya, murka manusia tidak mengerjakan kebenaran TUHAN (Yak. 1:20). Pelajaran yang bisa kita ambil dalam proses pengudusan kita adalah kita perlu mematikan amarah kita, dan mengaktifkan semangat kita untuk kebenaran.