LD Tonny Mulia Hutabarat
Jumat, 24 Mei 2024
Melihat Yang Tidak Terlihat … 2 Korintus 4:16-5:10
Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. (2Co 4:18 ITB)
Konteks perikop ini, Paulus mengalami penderitaan, penganiayaan dan semakin rapuh dan menua fisiknya. Namun tidak tawar hati, tidak putus asa, tidak menyerah, tidak takut, tidap patah semangat. Tetap menyala-nyala harapannya. Sebab:
- Kehidupan batin yang selalu mengalami pembaharuan (4:16-18)
Paulus bagian luar tubuhnya semakin melemah. Paulus tidak berbicara tentang menjadi tua. Tubuh perlahan membusuk dan terkikis karena dianiaya dan ditindas dalam segala hal (4:8-9). Kata “membusuk” (NASB) atau “terbuang” (ESV, NRSV, NIV) diterjemahkan “hancur” dalam konteks lain (Lukas 12:33; Wahyu 8:9). CSB menjermahkan, “manusia luar sedang dihancurkan.” Mereka membawa kematian Yesus di dalam tubuh mereka.
Tubuh terluka menunjukkan pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk Yesus. Namun batin diperbarui hari demi hari. (2 Korintus 4:17. Penderitaan mempersiapkan bagi kita suatu kemuliaan kekal yang tidak dapat dibandingkan dengan apa pun. Penderitaannya memperbarui dirinya. Penderitaannya menguatkan batinnya (bdk Roma 8:17–18, 1 Petrus 1:6–7). Dalam penderitaan, kita memusatkan perhatian pada hal-hal yang tidak terlihat agar kita tidak putus asa. Pembaharuan batin yang tidak terlihat oleh kasat mata.
- Tersedia Tempat Abadi (5:1-5)
Ketika tubuh kita “hancur” alias mati, telah tersedia rumah abadi yang tidak dibuat tangan manusia. Kita mempunyai sesuatu yang permanen untuk menggantikan tubuh fisik sementara. (5:2). Tuhan menciptakan kita untuk tujuan ini (5:5). Kita diciptakan untuk menanggalkan hal-hal fana dan menikmati kehidupan kekal. Kita diciptakan untuk bangunan kekal. Rumah abadi dan tubuh kemuliaan yang tidak terlihat oleh kasat mata.
- Ketabahan & Keyakinan (5:6-10)
Kita masih jauh dari Tuhan sekarang. Namun mempunyai pengharapan karena kita berjalan dengan iman dan bukan karena melihat (5:6-7). Kita melihat hal yang tidak terlihat dengan berjalan dengan iman. Kita tidak memandang kekayaan, kekuasaan, atau harta benda, melainkan pada kemuliaan kekal.
Rumah adalah tempat berada di dunia. Ketika meninggal pulang ke rumah Tuhan. Sangat menyenangkan. Akhir dari semua kekhawatiran, rasa sakit, ketakutan. Kita lebih suka berada di rumah Tuhan (5:8). Bersama Tuhan adalah keinginan dan pilihan, serta tujuan kita (Filipi 1:21). Kita mencari hal-hal yang tidak terlihat, yaitu pulang ke rumah bersama Tuhan. Hidup ini hanya sementara dan bukan fokus kita. Oleh karena itu tujuan hidup kita satu: berkenan kepada Tuhan (5:9-10).