LD Tonny Mulia Hutabarat
Jumat 26 April 2028
Kedaulatan Tuhan & Pencobaan – 1 Tawarik 21:1 & 2 Samuel 24:1
Bangkitlah pula murka TUHAN terhadap orang Israel; Ia menghasut Daud melawan mereka, firman-Nya: “Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang Yehuda.” (2Sa 24:1 ITB)
Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel. (1Ch 21:1 ITB)
Pertanyaan besar mengapa TUHAN “memimpin kita . . . ke dalam pencobaan”? Martin Luther memberikan satu jawaban: Unus Christianus temptatus mille – “Seorang Kristen yang pernah dicobai bernilai seribu daripada yang belum pernah dicobai.”
Tuhan bekerja dalam hidup kita melalui pencobaan. Terjadi juga pada Tuhan Yesus. Baginya, godaan adalah proses pembelajaran. Jadi pencobaan bukan berarti kehancuran, melainkan pengudusan. Oleh karena itu, meskipun umat Kristiani mungkin mengalami beban berbagai pencobaan, mereka tetap dapat bersukacita, karena mereka tahu bahwa Tuhan mempunyai tujuan di dalam dan melalui mereka (1 Petrus 1:6).
Tapi untuk apa tujuan pencobaan itu? Tuhan membawa kita ke dalam pencobaan untuk menunjukkan dosa kita dan menghajar kita karenanya. Ini adalah bagian dari makna ayat-ayat paralel yang aneh (bagi kita) dalam 2 Samuel 24:1 dan 1 Tawarikh di mana 21:1 dimana TUHAN dan Setan dikatakan telah menghasut Daud untuk menghitung Israel.
Dalam 2 Samuel dan 1 Tawarikh, Tuhan, Setan, dan Daud terlibat dalam satu tindakan yang sama. Kehidupan Daud (seperti kehidupan Ayub) menjadi arena di mana antagonisme antara TUHAN dan Setan terjadi. Dalam tindakan raja, satu dan sama, tujuan Tuhan dan keinginan Setan bertepatan— tetapi dengan tujuan yang sama sekali berbeda. TUHAN bertindak dalam penghakiman perjanjian-Nya dan menyingkapkan dosa Daud dan rakyatnya untuk menyucikan bangsa dan membawa raja ke tingkat pertobatan yang lebih dalam (dan betapa ia memerlukan hal itu!). Setan, sebaliknya, berupaya menghancurkan umat TUHAN. Sekalipun Daud berdosa, motif TUHAN kudus dan tujuan-Nya benar. Kita juga tidak boleh melupakan fakta, seperti yang dikatakan Marthin Luther, bahwa Iblis adalah milik Tuhan. Iblis dipakaiNya (dikendalikanNya).
Contoh dalam Injil. Setan menuntut agar Simon Petrus mengayaknya seperti gandum (Lukas 22:31). Menuntut dari siapa? Kata-kata ini mengingatkan kita pada adegan Perjanjian Lama dalam kitab Ayub, di mana Setan muncul di hadapan TUHAN untuk menantang iman Ayub (Ayub 1:6-12). Setan menuntut bahwa si Petrus tidak ada apa-apanya. Tuhan membawa kita ke dalam pencobaan untuk menunjukkan dosa kita dan menghajar kita karenanya. Hal ini merupakan tantangan langsung terhadap pelayanan Kristus dan karya-Nya dalam kehidupan Petrus. Namun Tuhan telah mengabulkan permintaan tersebut, karena Dia mempunyai tujuan-Nya sendiri. Setan memangsa Petrus tetapi Yesus berdoa untuk Petrus . Si Petra hatinya hancur dan hampa dari kesombongannya yang mengandalkan diri sendiri. Setelah dihukum, ia kemudian dipulihkan oleh Yesus di Danau Galilea. Dipenuhi dengan Roh, khotbah pertamanya menjadi khotbah yang paling bermanfaat yang pernah ia khotbahkan.
Jadi ketika kita dicobai, kita menemukan kebenaran tentang diri kita sendiri. Kita belajar untuk tidak terlalu memikirkan diri sendiri dan lebih memikirkan Juruselamat kita. Demikian pula halnya dengan Ayub yang mengaku, “Aku memandang hina diriku sendiri dan bertobat dalam debu dan abu” (Ayub 42:6). Begitu pula dengan Daud Ketika dibawa keluar dari “lubang kehancuran” di mana jiwanya telah terjatuh, “lagu baru” yang ada di mulutnya adalah pujian bagi Tuhan yang setia (Mzm. 40:2–3).