TRAGEDI PERALIHAN THEOKRASI KE ANTROKRASI (Bagian 2)

1 Samuel 8

Terbaca reaksi keras dari orang Israel pada ay 5-6 untuk meminta seorang raja (manusia). Tragedi dalam sejarah “kedaulatan Tuhan” dimana kedaulatan manusia ditinggikan. Berakhirnya masa theokrasi berciri hakim ke cara raja diktator (seperti bangsa-bangsa lain). Sistem pemerintahan bangsa kafir dianggap lebih baik dari pada ciri kepemimpinan theokrasi hakim dari Samuel. Perhatikan kata seperti “bangsa-bangasa lain. Istilah kata “bangsa” untuk menunjuk umat Tuhan dan bangsa kafir dipakai istilah yang berbeda. Istilah bangsa kafir dipakai kata “GOY” sedangkan istilah bangsa yang adalah umat pilihan adalah “ ’AMY atau ‘AM”. Israel yang adalah bangsa umat pilihanNya memakai sistem pemerintahan kafir (bukan cara Tuhan). Hampir mirip di masa kini dimana “gereja-gereja” tertentu juga sudah menganut pola kepemimpinan “kafir”, bahkan juga “persekutuan Injili atau tidak Injili” juga semakin mengembangkan pola-pola kafir/duniawi dalam menjalan pelayanan.

Di satu sisi Samuel kesal karena anak-anaknya tidak diterima sebagai pemimpin. Kesal karena dinasti Samuel tidak dapat dipercaya menjalankan roda pemerintahan. Sistem pemerintahan yang loba, suap dan lalim tidak disukai oleh rakyat. Inilah cara Tuhan yang tak saya mengerti dimana DIA tidak menginginkan cara pemerintahanNya di Israel di tangan anak-anaknya Samuel yang bejat, korup dan materialistis. Ia “mengesahkan” suatu bentuk pemerintahan yang kafir yang akan dipakaiNya menghakimi bangsaNya sendiri. Tuhan memakai cara pemerintahan yang jahat (kafir) untuk menghajar umatNya yang buruk karakter. Dan ini menjadi suatu ujian berat bagi umat pilihanNya untuk bertahan di tengah kancah politik dimana Tuhan undur untuk sementara (tersembunyi). Tuhan itu KASIH tetapi Ia juga mendidik keras secara adil bahkan menghukum. Dosa harus dihakimi.

Untuk keluarga Kristen modern sekarang ini, barangkali ada yang enggan melibatkan Tuhan dalam bisnisnya, dalam karirnya, dalam urusan mendidik dan membesarkan anak, dalam urusan keharmonisan rumah tangga, dalam urusan kemesraan suami istri di tempat tidur (pasangan yang masih muda) dan dalam segala urusan kecil dan besar. Tuhan dikotakkan di tempat lain.

Samuel kesal atas penolakan Tuhan sebagai Raja, namun sebenarnya mereka mendukakan Tuhan. Catatan dalam yesaya 63:10 … “Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh Kudus-Nya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka”. Menolak Tuhan dengan menginginkan cara pemerintahan duniawi. Pemerintahan yang bukan dalam kehendak Tuhan suatu kesedihan sorgawi.

Sejarah perbudakan Mesir dan keluarnya mereka dari dapur perapian adalah peringatan Israel yang terus menerus ada sekelompok orang tertentu yang meninggalkan Tuhan dan memperngaruhi orang-orang yang lemah imannya (ay 8). Mereka lebih tertarik tergiur dengan kuasa-kuasa setan yang ada di balik pemujaan patung-patung berhala. Di masa lalu mereka berani membangkangi Musa dan Tuhan, dan sekarang Samuel mengalami hal yang sama. Tuhan sejak lama terus menerus dihianati tiap angkatan oleh umatNya.

DIA “menangis” ketika umatNya meninggalkanNya.

Ev. Tonny Mulia Hutabarat
24 Desember 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *