1 Samuel 3: 10-18
Suara Tuhan yang datang kepada Samuel sangat lembut dan halus, hingga dia tak dapat membedakannya dengan suara Eli. Panggilan Tuhan tiga kali, baru ia menyadarinya. Pada ayat 11 perhatikan kata “perbuatan” Tuhan Yang Ajaib di Israel”. Ketika orang Israel mengetahui pesanNya mereka akan gemetar (bising). Gendang telinga mereka akan “didengingkanNya”. Suara Tuhan akan membuat sakit syaraf telinga mereka. Tuhan akan menghukum keluarga Eli yang mereka hormati, segani sekaligus mereka “benci”. Tuhan tidak akan berdiam diri membiarkan umatNya berada dalam keterpurukan kalau hamba-hamba-Nya yang melaksanakan pengabdian pelayanan diluarbatas kewajaran. Tuhan sendiri yang akan melakukan reformasi total di tubuh struktur keimaman (pelayanan/gereja).
Tuhan tidak lalai pada penetapan kekudusan imam (ayat 12). Kata “menepati”, dalam bhs Ibrani adalah “qum”, artinya DIA akan bangkit berdiri teguh melaksanakan hukum-hukum-Nya. Ada peraturan ketat bagi imam dalam Imamat 21-22, para imam harus menjaga kekudusan Tuhan. Tuhan setia, jujur dan teguh pada perkataanNya. Mereka harus menghormati ketetapan tersebut. Rencana Tuhan yang tak dapat digagalkan oleh kelakuan manusia sekalipun ia akan melakukan ritual-ritual pengampunan pada dirinya sendiri. Tuhan Mahahakim memiliki dasar hukum religi moral ketika akan mengadili dan menghakimi umatNya.
Jadi suara yang lembut yang datang kepada Samuel pada waktu lampu belum padam adalah SOSOK HAKIM AGUNG YG SEDANG MEMBARA KARENA KETETAPANNYA DILANGGAR OLEH KELUARGA ELI. Ironisnya pada waktu Tuhan datang (turun) ke Bait Suci, Eli “santai” tak merasa bersalah di dalam kesadarannya berdosa (ay 13, ia tahu dia berdosa tapi ia tidak merasa bersalah), dan tak melihat keberdosaannya yang sangat parah. Atau ia sengaja “membutakan” hati nuraninya dengan rasionalisasi bahwa setiap hari ia menyampaikan korban-korban pendamaian. Eli merasa nyaman dengan aktivitas religiusnya yang sebenarnya di mata Tuhan ia sedang dimurkaiNya. Persembahan Eli ibarat kotoran kurban domba. Bukan persembahan yang harum tetapi sangat menjijikkan bagi Tuhan. Penatalayanan (khotbah, music, singers, petugas LCD, Sound, kolektan, penerima tamu dll) di gereja yang kelihatannya lancar dan baik tetapi dilaksanakan dengan hati yang busuk sebenarnya juga sangat menjijikkan di mata Tuhan.
SuaraNya pada malam dengan penerangan ala kadarnya memproklamasikan hukuman dengan rincian kesalahan (ay 13): Samuel sangat menyimak pembicaraan di tengah malam itu. Dan Ia merasakan kegentaran (takut) akan hukuman tersebut. Tuhan yang ia kenal adalah Tuhan Yang Belas Kasih tetapi juga Adil dalam Menghukum.
Tuhan telah berkali-kali memberitahukan (memproklamasikan dengan suara yang keras kepada Eli tetapi ia membuat tuli telinganya sendiri. Ia berkali-kali juga mengulangi dosa yang sama. Perhatikan mood kata kerja pada kalimat “telah kuberitahukan kepadanya”. Kata “kepadanya” maksudnya Eli. Jadi pada awalnya dan seterusnya Tuhan sudah sering/selalu memperingatkan Eli tetapi ia mengabaikan suara Tuhan. Perbuatan ini adalah dasar/alasan hukuman yang berat kepada keluarga Eli. Sebagaimana catatan Perjanjian Baru bahwa Roh Kudus itu menginsyafkan dosa. Tuhan di Perjanjian Lama sudah memberitahukan Eli berkali-kali namun ia tetap mengeraskan hati. KebaikanNya, KasihNya sudah mendahului sebelum dihukum. Dalam kehidupan bergereja pada masa kini, warga selalu akan diingatkan oleh Tuhan akan kekeliruannya. Namun ia “keras kepala” dan mengulangi “kesalahan-kesalahannya” maka ia akan “digantung” mati.
Eli sengaja (mengetahui) melakukan dosa-dosanya. Eli mengetahui dosanya tetapi tidak serius memperbaiki diri. Seorang Kristen ketika menjalani kehidupannya di bumi ini bisa jadi melakukan dosa yang diketahui dan disadarinya secara berulang-ulang tanpa rasa bersalah. Mungkin malah bangga dapat melakukan dosa. Ia pasti dihukum mati.
Anak-anaknya telah menghujat Allah, dalam bahasa Ibrani disebutkan bahwa anak-anaknya mengutuk Tuhan, tidak menyembah dan sujud pada Tuhan. Penulis kitab Samuel menegaskan bahwa mereka anak Belial (Iblis). Pasal 2:12 anak dursila (Belial=Iblis). Mereka melakukan percabulan di lingkungan Bait Suci. Paulus menyatakan di
Efesus bahwa orang-orang cabul tidak masuk dalam kerajaan sorga. Apakah ada juga orang “kristen” masa kini yang sangat giat “melayani” di gereja tetapi berhati “belial” (Iblis).
Eli tidak memarahi mereka. Tuhan sangat marah (tidak setuju) terhadap dosa. Elia tidak marah (setuju) kepada dosa anak-anaknya. Eli tidak serius menegur dosa. Malah ia dengan sengaja membiarkan anak-anaknya jahat di bawah pengaruh setan (belial). Pembiaran kejahatan adalah lebih jahat dari perbuatan jahat itu sendiri.
Suara (kehendakNya) dan sumpah Tuhan yang tak dapat digugat oleh kurban penghapus dosa. Ditunjukkan di sini Tuhan Maha Hakim Agung yang tak dapat dipengaruhi “kesalehan agama” dengan kejahatannya yang melampaui kebenaranNya. Hukuman harus dilaksanakanNya. terkesan dalam ayat 14 bahwa dosa mereka tak diampuni selamanya, maka kemungkinan Eli, Hofni dan Pinehas tidak masuk sorga setelah mati. Hal ini menjadi indikasi bahwa yang giat dalam pelayanan tetapi menghina dan menghujat Tuhan di publik tidak direkomendasi Tuhan untuk memperoleh tempat di sorga. dan Ironisnya keluarga Eli yang dipilih jadi imam namun memperoleh akhir hidup bukan memperoleh pendamaian kekal walaupun untuk beberapa waktu lamanya dipakai Tuhan melayani di bait suciNya. Pelayan yang dibuang.
Samuel mengalami “ambigu” antara Wahyu Tuhan disimpan/beritahukan atau menyenangkan hati Bos atau membangkangi Tuhan. Samuel ada di bawah pengawasan Bos Besar Eli dalam pelaksanaan pelayanan di Bait Suci. Biasanya di dunia Timur sangat tabu “menegur” atau mengkritik kesalahan Bos. Kata “segan” (ay 15) sudah diperhalus dalam Alkitab versi LAI, dalam bahasa Ibrani versi BHS adalah “yare’” artinya “ia telah sangat takut”. mengapa dia ketakutan? dugaan saya: (a) Samuel merasakan “ngerinya” hukum kepada keluarga itu karena ia mengasihinya (b) Eli adalah big bossnya (mentor), bibirnya kelu menyampaikannya (c) Tidak ada perintah dari Tuhan untuk menyampaikannya kepada Eli. (d) Samuel belum punya tata cara yang baku untuk menegur kesalahan Seniornya.
Bila diperhatikan ayat 16, justru Eli yang terdorong untuk menanyakan hasil pembicaraannya dengan TUHAN. Kesempatan tersebut dipakai Samuel untuk membeberkan tindakan disiplin dari TUHAN (ay 18) sebab hal itu yang terbaik. Disiplin, hukuman dari Tuhan dapat diterima oleh Eli. Suatu pelajaran bagi kita bahwa surat keputusan indispliner berdasarkan fakta-fakta harus diterima. Tidak ada pembelaan diri dari Eli. HukumanNya adalah baik bagi dirinya sendiri. Pelaksanaan sanksi berat itu adalah sempurna (versi LAI “baik”, tetapi versi bhs Ibrani adalah “hattov” (sempurna) di mata Tuhan dan bagi dirinya). Penghukuman kekal itu tidak salah, tidak bercacat. Perbuatan Tuhan membinasakan keluarganya adalah suatu kebenaran, bukan dosa.
Hidup ini adalah kesempatan melayani TUHAN dengan benar dan baik
Ev. Tonny Mulia Hutabarat
15 November 2021