1 Samuel 2:27-36
Renungan kali ini dipelajari kelanjutan kisah Eli dan juga kejahatan anak-anaknya. Sesuai dengan konteksnya dalam pasal 2:11-26 telah jelas membahas bagaimana kejahatan anak-anak Eli yang kehidupannya selalu melakukan apa yang jahat dimata Tuhan dan juga dimata masyarakat luas yang ada disekitarnya. Dalam konteks sebelumnya memang jelas sekali dipaparkan terdapat 2 karakter, yaitu si malang dan yang disayang.
Anak-anak Eli telah berulang kali ditegur, dinasehati oleh ayahnya, tetapi tidak mau mendengarkan. Nah, mungkin orangtuanya juga sudah kapok menasehati dan yang dilakukan hanya begitu-begitu saja. Dalam hal ini Tuhan tidak buta, Tuhan tidak tidur, Tuhan melihat apa saja yang diperbuat oleh Hofni dan Pinehas. Tetapi meskipun Tuhan tahu bahwa itu merupakan perbuatan yang jahat dan keji, Ia masih membiarkan hal itu terjadi. Tuhan baik…Dia Maha Kasih, Maha Pengampun, Maha Kuasa dan sebagainya dengan gelar Maha, Maha dan Maha. Tetapi dengan sifat Tuhan yang demikian bukanlah berarti bahwa Ia membiarkan Hofni dan Pinehas untuk terus melakukan perbuatan jahat tersebut. Melainkan Tuhan melihat sampai dimana mereka mau berbalik dengan tidak melakukan perbuatan itu lagi. Hamba Tuhan yang tidak taat akan mendapat sebuah teguran dari. Mari kita melihat bagaimana nasib yang dialami oleh Imam Eli dan ke-2 anaknya Hofni dan Pinehas.
- Eli mendapatkan teguran/nasehat dari seorang Abdi, baca ayat 27-28 bahwa telah nyata dan jelas Tuhan menolong nenek moyang daripada Eli ketika mereka berada di Mesir yang takluk kepada keturunan Firaun.
- Mereka memandang dengan loba kepada korban sembelihan dan korban sajian Tuhan.
- Eli lebih menghormati anak-anaknya daripada Tuhan.
- Eli dan anak-anaknya menggemukkan dirinya dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian.
Hukuman dari perbuatan yang diperbuat oleh Hofni dan Pinehas ditulis demikian: “keluargamu dan kaummu akan hidup dihadapan-Ku selamanya, tetapi sekarang jauhlah hal itu dari pada-Ku” Mungkin pada saat itu Eli dalam posisi ketakutan karena perkataan yang dikatakan nabi itu pasti akan terjadi. Ini merupakan sesuatu hal yang sudah terlambat untuk Eli meminta maaf/ampun pada Tuhan. Dengan alasan: “siapa yang menghormati Aku akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku akan dipandang rendah”. Eli sebagai Imam seharusnya mencerminkan sikap hidup yang baik dan benar dihadapan Tuhan maupun dimata masyarakat sekitarnya. Ketika cerminan hidupnya boleh taat pada Tuhan, maka dalam hal ini orang-orang yang ada disekitarnya akan segan terhadapnya. Sebab pastinya ia akan dihormati, tidak hanya masyarakatnya yang menghormati dia, tetapi Tuhan juga akan menghormati dia. Menjadi seorang Imam merupakan suatu kepercayaan yang sangat besar dihadapan Tuhan. Menganggap remeh peyanan dan Tuhan sama dengan menyembah berhala. Ketika keluarga Eli tidak loyal kepada Tuhan ditambahkan hukuman konkrit kepada mereka: “mematahkan tangan kekuatan Eli dan tangan kekuatan kaumnya”. Mereka dinonaktifkan selamanya. Bahkan dalam keluarga Eli tidak akan ada seorang kakek untuk selamanya. Jadi Tuhan memutuskan agar keturunan Eli berhenti beregenerasi, karena kejahatan keluarga. Maka dari hal ini Eli akan memandang dengan mata bermusuhan kepada segala kebaikan yang Tuhan lakukan. Tetapi ada seseorang dari keluarga Eli yang tidak Tuhan lenyapkan, dimana orang ini membuat mata Eli rusak, jiwanya merana dan pada akhirnya keluarganya akan mati oleh pedang lawan. Jadi Tuhan menghukum Eli serta keluarganya secara perlahan-lahan dan pada akhirnya mereka hidup dalam kesengsaraan sama seperti orang yang hidup tanpa ada harapan serta tujuan hidup. Sungguh sadis sekali kehidupan hamba Tuhan yang tidak taat. Yang sangat sadisnya ialah bahwa kedua anak Eli akan mati, yaitu mati pada hari yang sama. Jadi inilah akibat dari dosa perut yang rakus terhadap korban sembelihan dan korban sajiannya Tuhan. Melalui hal ini yang perlu kita ketahui ialah jangan coba-coba mengkorupsi bagian Tuhan dalam pelayanan kita. Kita sebagai hamba-hamba Tuhan harus menghormati Dia. Meskipun kehidupan kita dalam kondisi yang sulit, susah harus tetap berharap pada Dia, tetap bersandar pada Dia.
Selanjutnya, dalam ayat 35, Tuhan mengatakan bahwa (baca ayat 35). Dalam hal ini berarti dengan selesainya tugas yang dikerjakan oleh Imam Eli, meskipun itu tidak tuntas akibat dari kesalahan yang diperbuatnya melalui kedua orang anaknya. Tuhan tidak diam saja tetapi Ia juga akan mengangkat seorang imam kepercayaan yang akan hidup sesuai dengan yang diinginkan oleh Tuhan. Ketika seorang hamba/pelayan Tuhan tidak sungguh-sungguh melaksanakan pelayanan panggilannya, tanggung jawabnya. Maka bersiaplah menerima hadiah dari Tuhan, dalam hal ini bukannya Tuhan kecewa. Tetapi masih ada banyak orang yang dapat ia pakai untuk melayani-Nya sebagai Imam yang bertugas serta bertanggung jawab dalam persembahan korban sembelihan dan korban sajian bagi Tuhan di mezbah. Dalam ayat 36 dalam keluarga Eli masih ada yang hidup, tetapi kehidupannya tidaklah sejahtera melainkan dalam kehidupannya ia akan hidup dengan meminta sekeping uang perak/sepotong roti. Dan pada akhirnya ia akan berkata pada Imam tersebut agar ia tinggal bersama salah satu golongan imam supaya aku dapat makan sekerat roti. Ternyata dosa perut daripada anak Eli, yakni Hofni dan Pinehas yang rakus, serakah kepada daging-daging mentah yang seharusnya akan dipersembahkan kepada Tuhan. Tetapi mereka mengambil begitu saja bagian Tuhan. Dan yang terjadi pada salah satu keluarganya ialah hidup mengemis ini merupakan akibat dari perbuatan jahat mereka tadi. Apakah kita mau hidup seperti Hofni dan Pinehas yang menyebabkan keturunannya hidup dalam kesengsaraan dengan mengemis. Tentunya kita tidak ingin hidup dengan demikian, untuk itu marilah kita bertekad untuk tidak melakukan perbuatan jahat yang pada akhirnya menimpa keluarga kita sendiri. Hal ini sangat penting untuk diketahui oleh orang-orang yang hidup dalam Tuhan. Kita tidak tahu peristiwa apa yang akan terjadi esok hari, meskipun dalam keadaan yang tenang, aman-aman saja tetapi kita juga harus berjaga-jaga terhadap pekerjaan iblis yang selalu mencoba untuk menjatuhkan anak-anak Tuhan dalam pelbagai tindakan kejahatan. Kalau begitu kehidupan seperti apakah yang Tuhan inginkan? (baca ayat 35b). Tuhan meinginkan seorang hamba Tuhan yang mau hidup dengan teguh setia.
Ev. Tonny Mulia Hutabarat
10 November 2021