1 Samuel 2: 11-26
Samuel menjadi anak yang baik karena ditularkan oleh Ibu Hana yang baik. Perhatikan dedikasi orangtuanya yang tidak hanya menyerahkan anaknya menjadi pelayan (hamba TUHAN) tetapi juga memperlengkapinya dengan peralatan baju sacral, yaitu efod.
Orang tua Samuel tiap tahun mengirimi pakaian dan dililitkan (khagad) ke tubuh Samuel. Nuansa bahasa Ibrani dipakai kata khagad (verb qal passive participle). Jadi baju Efod (ay 19) adalah baju istimewa yang diurapiNya. Orangtuanya mengikatkan anaknya kepada TUHAN. Frasa yang lebih kuat dari sekedar “menyerahkan. Jadi, sang Ibu mengikatkankan anaknya kepada TUHAN, menjadi imam.
Sementara anak-anak Eli melanggar hak keimaman. Mengingkari imannya. Perbedaan yang sangat mencolok antara Hana dan Eli. Hana bukan imam tetapi sadar dan tahu apa yang harus diberikan kepada Samuel untuk perlengkapan kerohaniannya, yaitu baju efod, sebagai simbol kuasa penyerahan diri bagi imam. Dan dengan senang hati, Samuel bersedia dililitkan kuasa pelayanan Tuhan ke pinggangnya.
Perhatikan kebersamaan keluarga dalam beribadah (pelayanan) pada ayat 20, mereka mempersembahkan korban di hadapan Tuhan. Orang tua yang beriman dan saleh berperan penting mempengaruhi spiritual Samuel. Dan di kemudian hari terbukti kuasa pelayanan dari Tuhan mempengaruhi sejarah perjalanan pelayanan Samuel yang terbilang sangat sukses, selama 80 tahun. Hana sebagai seorang ibu yang sangat rohani terus menerus memberikan perhatian khusus untuk anaknya yang di sekolahkan di rumah seorang imam. Mereka rutin beribadah kepada Tuhan dari tahun ke tahun. Dari bagian ini kita dapat memetik pelajaran berharga bagi keluarga, yaitu orang tua berkewajiban memenuhi kebutuhan fisik dan rohani anak. Orangtua yang baik (cenderung) menghasilkan anak-anak baik yang di hadapan TUHAN.
Salam kebajikan
Ev. Tonny Mulia Hutabarat
5 November 2021