Mewariskan Harta Rohani Kepada Anak (Ulangan 6:4-9)

Minggu, 10 Oktober 2021 – Ev. Tonny Mulia Hutabarat

Musa sebagai leader mempersiapkan bangsa Israel memasuki tanah Perjanjian dengan membekali orang tua dan anak hidup dalam pengajaran firman TUHAN. Di dunia Timur (Asia) adalah kewajaran orang tua mewariskan materi: rumah, tanah, perusahaan, nama (sertifikat). Juga mewariskan immaterial: kebijaksanaan, ilmu, pendidikan tinggi. Atau mewariskan nilai kekal: kerohanian, iman, ketuhanan, “sorga”. Sekalipun dunia semakin sekuler, bisnis yang paling penting bagi keluarga adalah mewariskan harta rohani.

Perikop Ulangan 6:4-9 menyebutkan harta rohani adalah TUHAN YANG ESA yang harus didengar, dikasihi secara totalitas. Prinsip mendengar (mentaati) tidak boleh dilupakan (ay 12). Keharusan orang tua mewariskan iman terlihat jelas dalam observasi kata “harus” yang muncul 5x (ay 6, 7, 8 [2x], 9). Orang tua wajib memperkenalkan Tuhan dengan berulang mengajar “pengetahuan iman”. Keharusan mengajar dan menjadi teladan. Keharusan membicarakan perbuatan ajaibNya. Keharusan membuat perjanjian (mengikat) firman dalam hidup anak2nya. Keharusan orang tua menjadikan TUHAN sebagai panji-panjinya (lambing permanent di hatinya). Orang tua yang harus mengajarkan anaknya mampu membaca dan menulis firman secara praktis agar tertanam di hatinya.

Orangtua yang beriman memikul tanggungjawab perjanjian kepada anak-anaknya. Perhatikan frasa “perintah & perhatian” (ay 6). Kata “perintah” dari Tuhan yang berlaku di setiap generasi yang harus dilakukan supaya masa depan anak-anak berhasil mengasihi Tuhan. Pendidikan iman adalah adalah milik keluarga (ayat 6-9) dengan kata lain keharusan orang tua mendidik iman anak. Maka kepala keluarga wajib membangun iman anaknya dengan (1) membiasakan anak membaca alkitab sejak dini, (2) menceritakan pristiwa sejarah keselamatan dalam Alkitab, (3) mempelajari bagian Alkitab secara teratur . Orang tua yang mewariskan firman TUHAN akan mengubah hidup anakNya. Firman yang disembunyikan di dalam hati mereka mencegah perbuatan dosa. (Mazmur 119:9-12). Firman itu akan selamanya ada di depan mata mereka, menerangi jalan mereka saat mereka berjalan di dunia yang penuh dosa. (Mazmur 119:105, 130)

Orang tua secara rutinitas & repetitif mendidik anak (ay 7). Ketika duduk di rumah, ketika dalam perjalanan, ketika berbaring, ketika bangun. Jadi orang tua yang haus Firman akan memberikan air hidup kepada anak2nya. Maka seluruh jam kehidupan (keseluruhan waktu) yang tersedia adalah kesempatan membagikan Firman Tuhan.

Orang tua berperan penting dan berpengaruh besar mewariskan iman di dalam keluarga. Mereka sebagai guru rohani bagi anak-anaknya yang memperkenalkan firman Tuhan kepada anaknya. Mereka menjadikan rumah sebagai “sekolah iman”, memakai setiap kesempatan untuk mengajarkan Firman TUHAN. Mereka pelatih anak untuk bersandar (bersahabat) kepada TUHAN. Dan sebagai trainer handal bagi anaknya untuk melakukan firman TUHAN .

Musa mewakili Tuhan menyampaikan tujuan pewarisan iman bagi anak yaitu agar (1) anak seumur hidup takut Tuhan (ay 2a), (2) umurnya lanjut (sampai kekekalan) (ay 2b), (3) baik keadaannya, bertambah-tambah dan tetap hidup (ay ay 3, 18, 24), (4) tidak melupakan TUHAN di masa depan (ay 12), (5) diselamatkanNya (ay 15), (ay 6) menjadi orang benar (ay 25).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *