MEMPERLENGKAPI DIRI DENGAN SENJATA ROHANI

Minggu, 19 Januari 2020 – Ev. Tonny Mulia Hutabarat

Sejak di Taman Eden sudah dimulai perang dengan Iblis. Hawa dan Adam berhasil dijatuhkan. Pada zaman nabi, Daud sendiri tergoda menghitung pasukan yang diprovokatori Iblis untuk menunjukkan keangkuhannya. Saul diperdaya oleh roh jahat melalui dukun perempuan di En-Door.
Petrus dimasuki Iblis untuk menghalangi penyaliban Yesus. Rasul Paulus sendiri banyak menghadapi
Iblis dan mengingatkan orang percaya untuk waspada. Bahkan Tuhan Yesus sendiri dibawa ke gunung tinggi untuk dicobai.
Agenda terbesar dari kuasa Iblis adalah menjatuhkan saya dan anda. Si jahat akan membuat kita malas atau malah mundur dari pelayanan. Si Naga itu menginginkan kita meninggalkan iman (Tuhan). Si setan akan berbisik telinga kita: “jangan terlalu saleh, jangan terlalu rajin ke gereja, jangan baca Alkitab, jangan berdoa, jangan ambil bagian dalam pelayanan”. Belzebul akan bersorak bila anda menurutinya.
Musuh ada 2 (6:12) yaitu musuh yang tidak terlihat (ada roh jahat) dan musuh yang terlihat (manusia yang ditunggangi Iblis). Musuh memiliki strategi jitu untuk menjatuhkan orang percaya.
Taktik Iblis yaitu dengan tipu muslihat (kelicikan) (6:11) dengan memutarbalikkan kebenaran, kompromi terhadap dosa dan mengubah pusat penyembahan manusia bukan Tuhan tetapi diri sendiri,
harta, dan iblis itu sendiri. Taktik Iblis yang kedua adalah menunggangi dan menekan (6:12) dimana ia memakai pemerintah untuk menentang, menyerang, menganiaya orang percaya. Kita tak perlu kecut sebagaimana motto “Jangan biarkan situasi mustahil mengintimidasi. Biar itu memotivasi untuk lebih banyak berdoa, percaya dan berharap” dari Rick Warren. Paulus memberikan metode rohani untuk menghadapi gempuran Iblis, yaitu:
1. Bersandar kepada kekuatan yang tak tertandingi di dalam kuasa Tuhan (6:10).
2. Mengobarkan disiplin kehidupan rohani: persekutuan dengan firman, persekutuan doa, pelajari
firman, melayani, ketaatan kepada firman Tuhan (6:13-20)
3. Paulus menekan prinsip berdoa setiap waktu, berjaga-jaga, tak putus-putusnya. Pada perikop ini Paulus menganjurkan ada team/patner doa (berdoa bersama-sama bukan sendiri) menghadapi Iblis
(perhatikan 6:10, 6:11, 6:12, 6:13 (2x), 6:16). Tidak ada tentara yang memenangkan pertempuran seorang diri, demikian juga perang rohani kecuali membentuk pasukan.
Mari kita membuat sahabat doa untuk kebutuhan semua orang (saya-anda-kita) kudus (6:18). Ketika mendengarkan seorang sahabat mendoakan kita dengan ketulusan dan hikmat dari
Tuhan, rasanya kita sedang berada dalam sebuah pengalaman ilahi. Kita tidak pernah berdoa seorang diri, karena Yesus mendoakan kita. Dia mendengarkan saat kita berdoa, dan berbicara kepada Bapademi kita. Tidak perlu mencemaskan kelancaran kata-kata kita, karena tak seorang pun yang lebih memahami kita daripada Yesus (bdk Roma 8:26).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *