1Petrus 2:18-25
Pada perikop ini, kita akan menemukan suatu keindahan hidup seorang hamba Allah, yang digambarkan oleh Petrus. Petrus menggambarkan seorang hamba Allah itu, sebagai seseorang yang dipanggil Allah karena memiliki tiga keistimewaan alasan. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan kata “sebab” (Yun:gar) yang terdapat di dalam ayat 19-21. Petrus menyebutkan tiga keistimewaan alasan itu, dengan secara detail dan tegas.
Pertama, pada ayat 19, seorang hamba Allah akan hidup dalam kasih karunia dan akan mengalami penderitaan (Bandingkan dengan syarat mengikut Yesus, Mark. 8:34). Artinya, seorang hamba Allah akan dipanggil untuk menderita dalam jalan memikul salib Yesus. Kedua, pada ayat 20, konsep sesuatu yang baik dan kelayakan seorang hamba menerima apresiasi, bukan lagi karena melakukan sesuatu untuk menyenangkan orang lain dan mengafirmasi dosa, melainkan hidup dalam kasih karunia Allah untuk menjauhkan hidup dari dosa dan berbagian dalam penderitaan memikul salib Kristus. Terakhir, pada ayat 21, Petrus menegaskan sebuah dasar dan kekuatan bagi hamba Allah dalam menghadapi penderitaan, bahwa keistimewaan hamba Allah itu, dia telah punya role model yang jelas, yakni kesetiaan Kristus, yang taat dan setia pada perintah Bapa untuk mati di kayu Salib demi memberikan kehidupan baru bagi manusia (Bapa digambarkan sebagai seorang tuan, pada ayat 18, dan Kristus digambarkan sebagai hamba, harus hidup dalam ketundukan dan kepatuhan).
Ketiga penggambaran ini, diteruskan oleh Petrus, tentang siapa figur role model itu sesungguhnya, pada ayat 22-24. Yesus kristus adalah role model dan teladan hamba Allah yang sejati, yang mau menderita dan memberikan hidupnya. Setelah memberikan penggambaran siapa Kristus yang menjadi teladan (ay. 22-24), Petrus menutup perikop ini (ay.25), dengan sebuah penggambaran keistimewaan dalam tujuan menggunakan kata yang sama “Sebab” (Yun:gar), bahwa hamba Allah tidak terpisahkan dengan Allah, dan itu digambarkan dengan analogi domba dan gembala. Bahwa, ketika sudah kembali melihat Kristus sebagai teladan (role model) serta mau berbagian dalam penderitaan memikul salib, itu seperti kita yang diibaratkan domba yang tersesat telah ditemukan kembali. Itulah keistimewaan hamba Allah, bahwa ada tujuan yang jelas, hidup sebagai hamba Allah yang menderita dalam memikul salib.
Petrus memberikan penguatan dengan sebuah penggambaran yang indah, bagaimana istimewanya hidup sebagai hamba Allah.
Lalu, bagaimana kita melihat hidup kita saat ini? Apakah, kita mengacu kepada standar yang diberikan dunia, bahwa memiliki segalanya dan mampu mengendalikan segalanya, menjadi orientasi kita?apa yang menjadi orientasi dan tujuan kita?
Kita beruntung, kita punya keistimewaan sebagai hamba Allah, kita punya Kristus yang memberikan hidup-Nya supaya kita beroleh kehidupan baru. Kristus juga telah memberikan teladan yang konkrit. Hidup dalam penderitaan untuk memikul salib Kristus adalah jalan yang harus kita lalui bersama dengan Dia. Tetaplah setia, seperti Kristus setia, sampai Dia mengucapkan “Tetelestai”, artinya, semua tujuan telah selesai (Yun: Telos, artinya tujuan. Dalam maksud “Dia (Kristus) telah menyelesaikan tujuan Bapa”). Setialah sampai akhir, sampai kita menyelesaikan tujuan Bapa melalui kehidupan kita. Penderitaan dan kesakitan akan kita alami, tetapi asal Kristus bersama kita, Ia akan menguatkan dan menopang kita. Tuhan beserta kita senantiasa.
Asidoro Sabar Parsaulian Pasaribu
14 September 2021